Minggu, 28 Februari 2010

MAHALI. SUTTA

MAHALI. SUTTA

1. 'Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu waktu Bhagava tinggal di Kutagara-sala, Mahavana, Vesali. Pada waktu itu sejumlah brahmana, yang dikirim untuk melaksanakan urusan dan lain-lain dari Kosala dan Magadha, sedang berada di Vesali.'
Tetapi Samanera Siha menemui Bhikkhu Nagita, memberikan salam dan dengan berdiri ia berkata kepadanya: ' Bhante Kassapa, para wakil brahmana dari Kosala dan Magadha dalam jumlah yang besar telah datang untuk menemui Bhagava, begitu pula Otthaddho Licchavi bersama orang-orang suku Licchavi telah datang untuk hal yang sarna. Bhante Kassapa, sebaiknya mereka semua diizinkan menemui beliau.'
'Baik Siha, beritahukanlah sendiri kepada Bhagava.'
'Baik bhante,' jawab Samanera Siha menyetujui kata-kata Bhikkhu Nagita. Ia pergi ke tempat Bhagava berada, memberi salam dan dengan berdiri ia berkata kepada; Bhante, para wakil brahmana dari Kosala dan Magadha dalam jumlah yang besar telah datang untuk menemui Bhagava, begitu pula Otthaddho Licchavi bemama orang-orang suku Licchavi telah datang untuk menemui Bhagava. Bhante, sebaiknya mereka semua diizinkan menemui Bhagava.'
'Baiklah Siha. Siapkan tempat duduk (asana) bagi saya di tempat yang temaung di depan vihara.'
'Baik bhante,' jawab Samanera Siha, meninggalkan Bhagava, pergi menyiapkan tempat duduk di depan vihara. Kemudian Bhagava keluar dari vihara dan duduk di tempat duduk di depan vihara.
Para wakil brahmana dari Kosala dan Magadha mendekati Bhagava, memberikan salam dan saling menyapa dengan sopan, setelah itu duduk di tempat yang tersedia. Juga Otthaddho Licchavi bersama orang-orang Licchavi mendekati Bhagava, memberikan hormat dan dud uk di tempat yang tersedia. Ketika ia telah duduk, ia berkata kepada Bhagava:' 'Bhante, beberapa hari yang lalu Sunakkhatta Licchavi menemuiku, dan berkata: 'Mahali, hanya tiga tahun sejak saya dibimbing oleh Bhagava, dan saya dapat melihat makhluk-makhluk surga, menyenangkan dilihat, memuaskan keinginan, sangat mempesonakan; tetapi saya tidak dapat mendengar suara surgawi dari makhluk-makhluk surga yang menyenangkan dilihat, memuaskan keinginan dan yang sangat mempesonakan. Bhante, apakah suara surgawi itu ada, suara yang tidak dapat ia dengar, atau apakah suara surgawi itu tidak ada?'
'Suara yang dikatakan Mahali Sunakkhata Licchavi-putta itu ada. Suara surgawi yang menyenangkan, memuaskan keinginan dan san gat mempesona, namun yang tidak dapat ia den gar. Suara itu bukan sesuatu yang tidak ada.' .
6,7. 'Bhante apakah, apa penyebabnya, apa yang mengkondisikannya, Mengapa Sunakkhatto Licchavi-putta tidak dapat mendengar suara itu, suara itu ada, dan bukan sesuatu yang tidak ada.'
'Mahali, bilamana seorang petapa melaksanakan meditasi mengembangkan satu cara tertentu (ekamsabhavito) dengan obyek melihat makhluk-makhluk surgawi pada salah satu arab - Timur, Selatan, Barat, Utara, atas, bawah atau melintang - dan bukan dengan objek mendengar suara surgawi. Karena ia hanya melaksanakan meditasi dengan obyek tertentu, dengan sebuah objek dalam pandangannya, maka ia hanya melihat yang terlihat, dan ia tidak dapat mendengar suara. Mengapa tidak dapat mendengar? Karena hal ini merupakan sifat alamiah dari meditasinya itu.'
8,9. 'Mahali, begitu pula, hila ia melaksanakan meditasi mengembangkan satu cara tertentu dengan obyek mendengar suara makhluk-makhluk surgawi pada salah satu arab - Timur, Selatan, Barat, Utara, atas, bawah atau melintang - dan bukan dengan obyek melihat. Karena ia hanya melaksanakan meditasi dengan objek tertentu, dengan sebuah obyek dalam pendengarannya, maka ia hanya mendengar suara, dan ia tidak dapat melihat makhluk-makhluk surgawi. Mengapa tidak dapat melihat? Karena hal ini merupakan sifat alamiah dari meditasinya itu.
10,11 'Mahali, tetapi bilamana ia melaksanakan meditasi dengan objek berpas_p.gan melihat dan mendengar, pada salah satu arab, mengenai melihat makhluk¬makhluk surgawi dan mendengar suara surgawi. Karena ia telah melaksanakan meditasi dengan obyek berpasangan, maka ia dapat melihat makhluk-makhluk surgawi dan mendengar suara-suara surgawi. Mengapa demikian? Karena sifat alamiah daTi meditasi itu.
12. 'Bhante, apakah demi pencapaian pelaksanaan meditasi ini maka para bhikkhu melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Bhagava!'
'Tidak, Mahali. Ada hal yang lebih tinggi dan mulia daripada itu, yang merupakan tujuan sehingga mereka melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Bhagava.'
13. 'Bhante, apakah hal yang lebih tinggi dan mulia yang dilaksanakan oleh para bhikkhu itu?'
'Mahali, pertama, seorang bhikkhu melenyapkan tiga belenggu (samyojana) ia menjadi sotapanna, seorang yang tidak akan terlahir kembali di alam menyedihkan, ia pasti akan mencapai penerangan agung (sambhodi). Mahali, itulah hal yang lebih tinggi dan mulia yang dilaksanakan oleh para bhikkhu di bawah bimbinganku.'
'Mahali, lebih lanjut, seorang bhikkhu melenyapkan tiga belenggu dan melemahkan belenggu nafsu indera, kebencian dan kebodohan, ia menjadi sakadagami, ia yang pada kelahirannya kembali pertama dalam dunia ini akan melenyapkan penderitaan (dukkha). Mahali, itulah hal yang lebih tinggi dan mulia yang dilaksanakan oleh para bhikkhu di ba_ah bimbinganku.' 'Mahali, lebih lanjut, seorang bhikkhu melenyapkan lima belenggu yang mengikat manusia di duniaini, hila ia meninggal dunia ia tidak akan terlahir kembali'di alam manusia, ia lahir secara langsung(opapatika}di suatu alam dan di alam itu ia parinibbana. Mahali itulah hal yang lebih tinggi dan mulia yang dilaksanakanoleh para bhikkhu di bawah bimbinganku.'
'Mahali, lebih lanjut, seorang bhikkhu melenyapkan (semua) kekotoran batin (asava), ia menjadi arahat, ia melenyapkan kekotoran batin dengan penyucian batin (ceto-vimutti) dan penyucian kebijaksanaan (panna-vimutti), yang dilaksanakannya pada kehidupan sekarang dengan mengembangkan batim1ya. Mahali itulah hal yang lebih tinggi dan mulia yang dilaksanakan oleh para bhikkhu di bawah bimbinganku.'
'Mahali, demikianlah hal-hal yang lebih tinggi dan mulia daripada melihat makhluk-makhluk surgawi dan mendengar suara surgawi, yang dilaksanakan oleh para bhikkhu di bawah bimbinganku.'
14. 'Bhante, tetapi apakah adajalan atau cara untuk merealisasikan hal-hal itu?' 'Ya ada, Mahali.'
'Bhante, apajalan daD cara itu?'
'Itu adalah lalan Berunsur Delapan (Atthangiko Maggo), yaitu : pandangan bellar, pikiran bellar, ucapan bellar, perbuatan bellar, matapencarian bellar, usaha bellar, perhatian benar daD meditasi benar. Mahali, inilah jalan atau
cara untuk merealisasikan hal-hat itu.' \
15. 'Mahali pada snafu hari ketika saya menginap di Ghositarama, Kosambi, ada dua orang petapa, yaitu Mandissa dan Galiya rriurid Darupattika, datang menemui saya. Setelah kami saling memberi salam dan menyapa, dengan berdiri secara hormat mereka berkata:
'Gotama, apakahjiwa sarna dengan tubuh, ataujiwa _dalah hallain dan
tubuh adalah hal yang lain?' .
'Saudara-saudara, perhatikan dan dengarlah dengan baik, saya akan menerangkan.'
'Baiklah,' jaw'ab kedua petapa menyetujui, laIn saya berkata sebagai berikut:
16.'Saudara, seandainya di dunia ini muneul seorang Tathagata, Yang Maha Suci, Yang Telah mencapai Penerangan Sempurna, sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya, sempurna menempuh lalan, Pengenal segenap alam, Pembimbing yang tiada tara bagi mereka yang bersedia untuk dibimbing, Guru para dewa dan manusia, Yang sadar, Yang Patut dimuliakan. BeHau mengajarkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui usaha-Nya sendiri kepada orang-orang lain, dalam dunia ini yang meliputi para dewa dan manusia, Yang Sadar, Yang Patut dimuliakan. Beliau mengajarkan pengetahuan yang telah di peroleh melalui usahanya sendiri kepada orang lain, dalam dunia ini yang meliputi para dewa, mara dan brahma; para petapa, brahmana, raja beserta rakyatnya. Beliau mengajarkan Dhamma (Kebenaran) yang indah pada permulaan, indah pada pertengahan, indah pada akhir dalam isi maupun bahasanya. Beliau mengajarkan eara penghidupan suci (brahmacariya) yang sempurna dan suei.
17. "Kemudian, seorangyang berkeluarga atau salah seorang dari anak-anaknya alan seorang dari keturunan keluarga rendah datang mendengarkan Dhamma itu, dan setelah mendengarnya ia memperoleh keyakinan terhadap Sang Tathagata. Setelah ia memiliki keyakinan itu, timbullah perenungan ini dalam dirinya: 'sesungguhnya, hidup berkeluarga itu pen,uh dengan rintangan,jalan yang penuh dengankekotoran nafsu. Bebas seperti udara bagi seorang yang hidup berkeluarga untuk menempuh hidup brahmacariya secara sungguh¬sungguh, suci serta dalam seluruh kegemilangan kesemjJurnaannya. Maka, biarlah aku meneukur rambut danjanggutku, mengenakan jubah kuning dan 18. "Setelah menjadi bhikkhu, ia hidup mengendalikan diri sesuai dengan patimokkha (peraturan-peraturan bhikkhu), sempurna kelakuan daD

39


pli'

III11

'111111'%

latihannya, dapat melihat bahaya dalam kesalahan-kesalahannya, dapat melihat bahaya dalam kesalahan-kesalahan yang paling keeil sekalipun. la menyesuaikan dan melatih dirinya dalam peraturan-peraturan. Menyempumakan perbuatan-perbuatan dan ueapannya. Suei dalam eara hidupnya, sempuma silanya, terjaga pinto-pinto inderanya. la memiliki perhatian-perhatian mumi dan pengertianjelas (sati sampajjana); dan hidup puas"
19. "Saudara, bagaimanakah seorang bhikkhu yang sempuma silanya? Saudara, dalam hal ini seorang bhikkhu menjauhi pembunuhan, menahan diri dari pembunuhan makhluk-makhluk. Setelah membuang alat pemukul dan pedang, malo dengan perbuatan kasar; ia hidup dengan penuh einta kasih, kasih sayang dan bajik terhadap semua makhluk, semua yang hidup, inilah gila yang dimilikinya. 'Menjauhi peneurian, menahan diri dari memiliki apa yang tidak diberikan; ia hanya mengambil apa yang diberikan dan tergantung pada pemberian; ia hidup jujur dan suei. fuilah gila yang dimilikinya'. 'Menjauhi hubungan kelamin, melaksanakan brahmaeariya (tidak k_win); ia menahan diri dari perbuatan-perbuatan rendah dan hubungan kelamin. Inilah gila yang dimilikinya'.
20. 'Menjauhi kedustaan, menahan diri dari dusta, ia berbieara benar, tidak menyimpang dari kebenaran, jujur dan dapat dipereaya, serta tidak mengingkari kata-katanya sendiri di dunia'. "Menjauhi ueapan fitnah, menahan diri dari memfitnah; apa yang ia dengar di sini tidak akan dieeritakannya di tempat lain sehingga menyebabkan pertentangan dengan orang-orang di sini. Apa yang ia dengar di tempat lain tidak akan dieeritakannya di sini sehingga menyebabkan pertentangan dengan orang-orang di sana. la hidup menyatukan mereka yang terpeeah-belah, pemersatu, meneintai persatuan, mendambakan persatuan; persatuan merupakan tujuan pembiearaannya. Inilah gila yang dimilikinya'. 'Menjauhi ueapan kasar, menahan diri dari penggunaan kata-kata kasar; ia hanya mengueapkan kata-kata yang tidak tereela, menyenangkan, menarik, berkenan di hati, sopan, enak didengar dan disenangi orang. Inilah gila yang dimilikinya
'Menjauhi pembicaraan sia-sia, menahan diri dari perea,kapan yang tidak bermanfaat; ia berbicara pada saat yang tepat, sesuai dengan kenyataan, berguna, tentang dhamma dan vinaya. Pada saat yang tepat, ia mengueapkan kata-kata yang berharga untuk didengar, penuh dengan gambaran yang tepat, memberikan uraian yangjelas dan tidak berbelit-belit. Inilah yang dimilikinya'.

40


21. 'Ia menahan diri untuk tidak merusak benih-benih dan tumbuh-tumbuhan. Ia makan sehari sekali, tidak makan setelah tengah hari. Ia menahan diri dari menonton pertunjukkan-pertunjukkan, tari-tarian, nyanyian dan musik. Ia menahan diri daTi penggunaan alat-alat kosmetik, karangan-karangan bunga, wangi-wangian dan perhiasan-perhiasan. la menahan diri dari penggunaan tempat tidur yang besar dan mewah. la menahan diri daTi menerima emas dan peTak. la menahan diri dari menerima gandum (padi) yang belum dimasak. la menahan diri dad menerima d_ging yang belum dimasak. Ia menahan diri dad menerima wanita dan perempuan-perempuan muda. la menahan diri daTi menerima budak belian lelaki dan budak belian perempuan. la menahan diri daTi menerima biri-biri atau kambing, Ia menahan diri daTi menerima babi dan unggas, Ia menahan diri dari menerima gajah, sari dan kuda. la menahan diri daTi menerima tanah-tanah pertanian. la menahan diri daTi menipu dengan timbangan, illata uang maupun ukuran¬ukuran. la menahan diri daTi perbuatan menyogok, menipu daD penggelapan. la menahan diri daTi perbuatan melukai, membunuh, memperbudak, merampok, menodong daD menganiaya. Inilah gila yang dimilikinya'.
22. 'Meskipun beberapa petapa daD brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih merusak bermacam¬macam benih dan tumbuhan, seperti: tumbuhan yang berkembang biak dari akar-akaran, tumbuhan yang berkembang biak daTi tetangkaian, tumbuhan yang berkembang biak dari ruas-ruas atau tumbuhan yang berkembang biak daTi kecambah-kecambahan; namun, seorang bhikkhu menahan diri daTi merusak bermacam-macam benih daD tumbuhan. Inilah gila yang dimilikinya'

23. 'Meskipun beberapa petapa daD brahmana hidup daTi makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih mempergunakan barang¬barang yang ditimbun, simpanan, seperti: bahan makanan simpanan, minuman simpanan,jubah simpanan, perkakas-perkakas simpanan, bumbu makanan simpanan; namun, seorang bhikkhu menahan diri dari menggunakan barang-barang yang ditimbun semacam itu. Inilah gila yang dimilikinya'.
24. 'Meskipun beberapa petapa daD brahmana hidup daTi makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih menonton aneka macam pertunjukkan, seperti: tari-tarian, nyanyian-nyanyian musik, pertunjukkan panggung, opera, musik yang diiringi dengan tepuk tangan, pembacaan deklamasi, permainan tam bur, drama kesenian, permainan akrobat di atas galah, adu gajah, adu kuda, adu sari, adu banteng, pertandingan tinju,

41


11

11, II II
:111
_ II !

pertandi_gan gulat, perang perangan, pawai, inspeksi, parade; nam!ln seorang bhikkhu menahan diri dari menonton aneka macam pertunjukkan semacam itu. Inilab sila yang dimilikinya'.
25. 'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih terikat dengan aneka macam permainan dan rekreasi, seperti: permainan catur dengan papan berpetak delapan baris, permainan catur dengan papan berpetak sepuluh baris, permainan dengan membayangkan papan catur tersebut di udara, permainan melangkah satu kali pada diagram yang digariskan di atas tanah, permainan dengan cara memindahkan benda-benda atau orang dari satu tempat ke lain tempat tanpa menggoncangkannya, permainan lempar dadu, permainan memukul kayo pendek dengan menggunakan kayo panjang, permainan mencelup tangan ke dalam air berwarna dan menempelkan telapak tangan ke dinding, permainan bola, permainan meniup sempritan yang dibuat daTi clauD pal em, permainan meluku dengan luku mainan, permainanjungkir balik (saito), permainan dengan kitiran yang dibuat daTi da_n palem, bermain dengan timbangan mainan yang dibuat daTi clauD pal em, bermain dengan kereta perang mainan, bermain dengan panah-panah mainan, menebak tul isan¬tulisan yang digoreskan di udara atau pada punggung seseorang, menebak pikiran ternan bermain, seorang bhikkhu menahan diri dari aneka macam permainan dan rekreasi semacam itu. Inilah sila yang dimilikinya'
26. 'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup daTi makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih mempergunakan aneka macam tempat tidur yang besar dan mewah, seperti: dipan tinggi yang dapat dipindah-pindahkan yang panjangnya enam kaki, dipan dengan tiang-tiang berukirim gambar binatang-binatang seprei daTi bolo kambing atau bulu domba yang tebal, seprei dengan bordiran warn a warni, selimut putih, seprei daTi wol yang disulam dengan motifbunga-bunga, selimut yang diisi dengan kapas dan wol, seprei yang disulam dengan gambar harimau dan singa, seprei dengan bolo binatang pada kedua tepinya, seprei dengan bolo binatang pad a salah satu tepinya, seprei dengan solaman permata, seprei daTi sutra, selimut yang dapat dipergunakan oleh enam belas orang, selimut gajah, selimut kuda atau selimut kereta, selimut kulit kijangyang dijahit, selimufdari kulit sebangsa kijang, permadani dengan tutup kepala dan kaki; mimun seorang bhikkhu menahan diri untuk tidak mempergunakan aneka macam tempat tidur yang besar daD mewah semacam itu. Inilah sila yang dimilikinya.'

42


----¬
- . .->¬

27. "Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih memakai perhiasan¬perhiasan dan alat-alat memperindah diri, seperti: melumuri, mencuci dan menggosok tubuhnya dengan bedak wangi; memukuli tubuhnya dengan tongkat perlahan-Iahan seperti ahli gulat; memakai kaca, minyak mata (bukan obat), bunga-bunga, pemerah pipi, kosmetika, gelang, kalung, tongkatjalan (untuk bergaya), tabung bambu untuk menyimpan obat, pedang, alat penahan sinar matahari, sandal bersulam, sorban, perhiasan dahi, sikat daTi ekor binatang,jubah putih panjang yang banyak lipatannya; namu'n, seorang bhikkhu menahan diri daTi pemakaian perhiasan-perhiasan dan alat-alat memperindah diri semacam itu. Inilah gila yang dimilikinya'.
28. 'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup daTi makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih terlibat dalam percakapan¬percakapan yang rendah, seperti: percakapan tentang raja-raja, percakapan tentang mencuri, percakapan tentang menteri-menteri, percakapan tentang angkatan-angkatan perang, percakapan tentang pembunuhan-pembunuhan, percakapan tentang pertempuran pertempuran, percakapan tentang makanan, percakapan tentang minuman, percakapan tentang pakaian, percakapan tentang tempat tidur, percakapan tentang karangan-karangan bunga, percakapan tentang wangi-wangian, pembicaraan-pembicaraan tentang keluarga, percakapan tentang kendaraan, percakapan tentang desa, percakapan tentang kampung, percakapan tentang kota, percakapan tentang negara, percapakan tentang wanita, percakapan tentang lelaki, percakapan di sudut-sudut jalanan, percakapan tentang hantu-hantu jaman dahulu, percakapan yang tidak ada ujung pangkalnya, spekulasi tentang terciptanya daratan, spekulasi tentang terciptanya lautan, percakapan tentang perwujudan dan bukan perwujudan (eksistensi dan non eksistensi); namun seorang bhikkhu menahan diri daTi percakapan-percakapan yang rendah semacam itu. Inilah gila yang dimilikinya.
29. "Meskipun beberapa petapa brahmana hidup daTi makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih terlibat dalam kata-kata perdebatan, seperti: 'Bagaimana seharusnya engkau mengerti ini? 'Engkau menganut pandangan-pandangan keliru, tetapi Dhamma Vinaya aku menganut pandangan-pandangan benar'. 'Aku"
berbicara langsung pada pokok persoalan, tetapi engkau tidak berbicara langsung pada pokok persoalan'. Engkau membicarakan di bagian akhir tentang apa yang seharusnya dibicarakan di bagian permulaan; dan

43


membicarakan di bagian permulaan tentang apa yang seharusnya dibicarakan di bagian akhir'. Apa yang lama telah engkau persiapkan untuk dibicarakan, semuanya itu telah usang'. Kata-kata bantahanmu itu telah ditentang, dan engkau ternyata salah'. 'Berusahalah untuk menjernihkan pandangan¬pandanganmu; Damon, seorang bhikkhu menahan diri dari kata-kata perdebatan semacam itu. lnilah gila yang dimilikinya'.
30. 'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih berlaku sebagai pembawa berita, pesuruh dan bertindak sebagai perantara dari raja-raja, menteri¬menteri negara, kesatria, brahmana, orang berkeluarga atau pemuda-pemuda, yang berkata: "Pergilah ke sana, pergilah ke situ, bawalah ini, ambilkan itu dari sana'; Damon, seorang bhikkhu menahan diri dari togas-togas sebagai pembawa berita, pesuruh dan perantara semacam itu. lnilah gila yang dimilikinya.'
31. 'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih melakukan tindakan¬tindakan penipuan dengan cara: merapalkan kata-kata sod, meramal tanda¬tanda dan mengusir dengan tujuan memperoleh keuntungan setelah memperlihatkan sedikit kemampuannya; Damon seorang bhikkhu menahan diri dari tindakan-tindakan penipuan semacam itu. Inilah gila yang dimilikinya.
32. 'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah, seperti meramal dengan melihat guratan-guratan tangan, meramal melalui tanda-tanda dan alamat¬alamat, menujumkan sesuatu dari halilintar atau keanehan-keanehan benda langit lainnya, meramal dengan mengartikan mimpi-mimpi, meramal dengan melihat tanda-tanda pada bagian tubuh, meramal dari tanda-tanda pada pakaian yang digigit tikus, mengadakan korban pada api, mengadakan selamatan yang dituang dari sendok, memberikan persembahan dengan sekam untuk dewa-dewa, memberikan persembahan dengan bekatul untuk dewa-dewa, memberikan persembahan dengan mentega untuk dewa-dewa, memberikan persembahan dengan minyak untuk dewa, mempersembahkan biji wijen dengan menyemburkannya dari mulut ke api, mengeluarkan darah dari lutut kanan sebagai tanda persembahan kepada dewa-dewa, melihat dan meramalkan apakah orang itu mujur, beruntung atau sial; menentukan apakah letak rumah itu baik atau tidak menasehaticara-cara pengukuran tanah; mengusir setan-setan di kuburan; mengusir bantu, mantra untuk

44


_:,"

menempati rumah yang dibuat dari tanah, mantra untuk kalajengking, man¬tra tikus, mantra burung, mantra burung gagak, meramal timor, mantra melepas panah, keahlian untuk mengerti bahasa binatang Damon seorang bhikkhu menahan diri dari mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui iImu-limu rendah semacam itu. Inilah gila yang dimilikinya'.
33. 'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang dengan cara-cara salah melalui ilmu"'ilmu rendah, seperti: pengetahuan tentang tanda-tanda atau alamat-alamat baik atau buruk dari benda-heDda, yang menyatakan kesehatan atau k_beruntungan dari pemiliknya, seperti: batu-batu permata, tongkat, pedang, panah, busur, senjata¬senjata lainnya; wan ita, laki-Iaki, aDak lelaki, aDak perempuan, budak lelaki, budak perempuan gajah, kuda, kerbau, sari jantan, sari betina, burung nagar, kura-kura, dan binatang-binatang lainnya; Damon, seorang bhikkhu menahan diri dari mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah semacam itu. Inilah gila yang dimilikinya.'
34. "Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah, seperti: meramal dengan akibat: pemimpin akan maju, pemimpin akan !TIundur, pemimpin kita akan menyerang dan musuh-musuh akan mondor, pemimpin musuh akan menyerang dan pemimpin kita akan mondor, pemimpin kita akan menang dan pemimpin musuh akan kalab, pemimpin musuh akan menang dan pemimpin kita akan kalah;jadi kemenangan ada di pihak ini dan kekalahan ada di pihak itu; namun seorang bhikkhu menahan diri dari mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah semacam 'itu. Inilah gila yang dimilikinya.
35. 'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah, seperti: meramalkan adanya gerhana bulan, gerhana matahari, gerhana bintang, matahari atau bulan akan menyimpang dari garis edarnya, matahari atau bulan akan kembali pada garis edarnya, adanya bintang yang menyimpang dari garis edarnya, bintang akan kembali pada garis edarnya, meteor jatuh, hutan terbakar, gempa bumi, halilintar, matahari, bulan dan bintang akan terbit, terbenam, bersinar dan suram; atau meramalkan lima betas gejala tersebut akan terjadi yang akan mengakibatkan sesuatu; namun seorang bhikkhu menahan diri dari mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu rendah semacam itu.

45


Inilah gila yang dimilikinya.
36. 'Meski"pun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah, seperti: meramalkan turun hujan yang berlimpah-limpah, turun hujan yangtidak mencukupi, basil pallen yang baik, masa paceklik (kekurangan bahan makanan), keadaan damai, keadaan kacau, akan terjadi wahab sampar, musim baik; meramal dengan menghitung jari, tanpa menghitung jari; ilmu menghitung jumlah besar, menyusun lagu, sajak, nyanyian rakyat yang popular dan ada kebiasaan; namun, seorang bhikkhu menahan diri dari mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah semacam itu. Jnilah gila yang dimilikinya' .
37. 'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah, seperti: mengatur hari baik bagi mempelai pria atau wan ita untuk dibawa pulang, mengatur hari baik baik mempelai pria atau wan ita untuk dikirim pergi, menentukan saat baik untuk menentukan perjanjian damai (atau mengikat persaudaraan dengan menggunakan mantra), menentukan saat yang baik untuk meletuskan permusuhan, menentukan saat baik untuk menagih hutang, menentukan saat baik untuk memberi pinjaman, menggunakan mantra untuk membuat orang beruntung, menggunakan mantra untuk membuat orang sial, menggunakan mantra untuk menggugurkan kandungan, menggunakan mantra untuk mendiamkan rahang seseorang, menggunakan mantra untuk membuat or¬ang lain mengangkat tangannya, menggunakan mantra untuk menimbulkan ketulian, mencarijawaban dengan melihat-lihat kaca ajaib, mencari jawaban melalui seorang gadis yang kerasukan, mencari jawaban dari dewa, memuja matahari memuja maha ibu (dewa tanah) mengeluarkan api dari mulut, memohon kepada dewi Sri, atau dewi keberuntungan; namun; seorang bhikkhu menahan diri dari mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah semacam itu. Jnilah gila yang dimilikinya'.
38. "Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah, seperti: berjanji akan memberikan persembahan-persembahan kepada para dewa apabila keinginannya terkabul, melaksanakanjanji-janji semacam itu, mengucapkan mantra untuk menempati rumah yang dibuat dari tanah, mengucapkan mantra untuk menimbulkan

46


_h

kejantanan, membuat pria menjadi impotent, menentukan letak yang tepat untuk membangun rumah, mengucapkan mantra untuk membersihkan tempat, melakukan upacara pembersihan mulut, melakukan upacara mandi, mempersembahkan karban, memberikan obat bergin untuk mengobati sakit kepala, meminyaki telinga orang lain, merawat mata orang, memberikan obat melalui hidung, memberi collyrium di mata, memberikan obat fetes pada mata, menjalankan praktek sebagai fetes mata, menjalankan praktek sebagai okultis, menjalankan praktek sebagai dokter aDak-aDak, meramu obat-obatan; namun, seorang bhikkhu menahan diri dari mencari penghidupan dengan cara-cara salah melalui ilmu-ilmu rendah semacam itu... lnilah gila yang dimilikinya' .
39. 'Saudara, selanjutnya seorang bhikkhu yang sempuma silanya, tidak melihat adanya bahaya dari sudut mana pun sejauh berkenan dengan pengendalian terhadap sila, 0 Baginda, sarna seperti seorang kesatria yang patut dinobatkan menjadi raja, yang musuh-musuh telah di kalahkan, tidak melihat bahaya dari sudut mana pun sejauh berkenaan dengan musuh-musuh; demikian pula, seorang bhikkhu yang sempuma silanya, tidak melihat bahaya dari sudut mana pun sejauh berkenaan dengan pengendalian-sila. Dengan memiliki kelompok gila yang mulia ini, dirinya merasakan suatu kebahagiaan mumi (anavaiia sukkham). Saudara, demikian seorang bhikkhu yang memiliki gila sempuma' .
40. 'Saudara, bagaimanakah seorang bhikkhu memiliki penjagaan atas pintu¬pintu inderanya? Saudara, bilamana seorang bhikkhu melihat snafu obyek dengan matanya, ia tidak terpikat dengan bentuk keseluruhan atau bentuk perinciannya. la berusaha menahan diri terhadap bentuk-bentuk yang dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya keadaan-keadaan tidak baik atau buruk, keserakahan dan kebencian; yang telah begitu lama menguasai dirinya sewaktu ia berdiam tanpa pengendalian diri terhadap indera penglihatannya. la menjaga indera penglihatannya, dan memiliki pengendalian terhadap indera pengelihatannya. Bilamana ia mendengar suara dengan telinganya, ia tidak terpikat dengan bentuk keseluruhan atau bentuk perinciannya. la berusaha menahan diri terhadap bentuk-bentuk yang dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya keadaan-keadaan tidak baik dan buruk, keserakahan dan kebencian; yang telah begitu lama menguasai dirinya sewaktu ia berdiam tanpa pengendalian diri terhadap indera pendengarnya. Ia menjaga indera pendengarannya, dan memiliki pengendalian terhadap indera pendengarannya. Bilamana ia mencium ball dengan hidungnya, ia tidak

47


¬
---,-,-,-,-,',."-"..""",,.

terpikat dengan bentuk keseluruhan atau bentuk perinciannya. Ia berusaha menah_ diri terhadap bentuk-bentuk yang dapat memb_rikan kesempatan bagi tumbuhnya keadaan-keadaan tidak baik dan buruk, keserakahan dan kebencian; yang telah begitu lama menguasai dirinya sewaktu ia berdiam tanpa pengendalian diri terhadap indera penciumannya. Ia menjaga indera penciumannya, dan memiliki pengendalian terhadap indera penciumannya.
Bilamana ia mengecap rasa lidahnya, Ia tidak terpikat dengan bentuk keseluruhan atau bentuk perinciannya. Ia berusaha menahan diri terhadap bentuk-bentuk yang dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya keadaan¬keadaan tidak baik dan buruk, keserakahan dan kebencian; yang telah begitu lama menguasai dirinya sewaktu ia berdiam tanpa pengendalian diri terhadap indera pengecapannya. Ia menjaga indera pengecapannya, dan memiliki pengendalian terhadap indera pengecapannya.
Bilamana ia merasakan suatu sentuhan dengan tubuhnya, ia tidak terpikat dengan bentuk keseluruhan atau bentuk perinciannya. Ia berusaha menahan diri terhadap bentuk-bentuk yang dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya keadaan-keadaan tidak baik dan bur uk, keserakahan dan kebencian; yang telah begitu lama menguasai dirinya se.waktu ia berdiam tanpa pengendalian terhadap indera perabanya. Ia menjaga indera perabanya, dan memiliki pengendalian terhadap indera perabanya.
Bilamana ia mengetahui sesuatu (dhamma) dengan pikirannya, ia tidak terpikat dengan bentuk keseluruhan atau bentuk perinciannya Ia berusaha menahan diri terhadap bentuk-bentuk yang dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya keadaan-keadaan tidak baik dan buruk; keserakahan dan kebencian; yang telah begitu lama menguasai dirinya sewaktu ia berdiam tanpa pengendalian terhadap indera pikirannya. Ia menjaga indera pikirannya, dan memiliki pengendalian terhadap indera pikirannya.
Dengan memiliki pengendalian diri yang mulia ini terhadap indera-inderanya, ia merasakan suatu kebahagiaan yang tidak dapat diterobos oleh Dada apapun. Saudara, demikianlah seorang bhikkhu yang memiliki pengendalian atas pinto-pinto inderanya'
41. 'Saudara, bagaimanakah seorang bhikkhu memiliki perhatian-mumi dan pengerti jelas? gandara, dalam hat ini seorang bhikkhu mengerti dengan jelas sewaktu ia pergi atau sewaktu kembali; ia mengerti dengan jelas sewaktu melihat ke depan atau melihat ke samping; ia mengerti dengan jelas sewaktu mengenakan jubah atas (sanghati), jubah luar (civara) atau

48


mengambil mangkuk (patta); ia mengerti denganjelas sewaktu makan, minum, mengunyah atau menelan; ia mengerti denganjelas sewaktu huang air atau sewaktu kencing; ia mengerti denganjelas sewaktu dalam keadaan berjalan, berdiri, duduk, tidur; bangun, berbicara atau diam. Saudara, demikianlah seorang bhikkhu yang memiliki perhatian-perhatian murni dan pengertian jelas'
42. 'Saudara, bagaimanakah seorang bhikkhu merasa puas? Saudara, dalam hat ini, seorang bhikkhu merasa puas dengan jubah-jubah yang cukup untuk menutupi tubuhnya, puas hanya dengan makanan yang cukup untuk menghilangkan rasa lapar perutnya. Dan ke mana pun ia akan pergi, ia pergi hanya dengan membawa hal-hat ini. Saudara, sarna seperti seekor burung dengan sayapnya, ke manapun akan terbang, burung itu terbang hanya dengan membawa sayapnya. Saudara, demikian pula seorang Bhikkhu merasa puas hanya dengan jubah-jubah yang cukup untuk menutupi tubuhnya, puas hanya dengan makanan yang cukup untuk menghilangkan rasa lapar perutnya. Maka, ke mana pun ia akan pergi, ia hanya dengan membawa hal-hat ini. Saudara, demikianlah seorang bhikkhu merasa puas'
43. 'Setelah memiliki kelompok sila yang mulia ini, memiliki pengendalian terhadap indera-indera yang mulia ini, memiliki perhatian murni dan pengertianjelas yang mulia ini, memiliki kepuasan yang mulia ini, ia memilih tempat-tempat sunyi di hutan, di bawah pabon, di lereng bukit, di celah gunung, di gua karang, di tanah-kubur, di dalam hutan lebat, di lapangan terbuka, di atas tumpukan jerami untuk berdiam. Setelah pulang dari usahanya mengumpulkan dana makanan dan selesai makan; ia duduk bersila, badan tegak, sambil memusatkan perhatiannya ke depan'.
44. 'Dengan menyingkirkan kerinduan terhadap dunia, ia berdiam dalam pikiran yang bebas dari kerinduan, membersihkan pikirannya .dari nafsu-nafsu. Dengan menyingkirkan itikad jahat, ia berdiam dalam pikiran yang bebas dari itikat j ahat, dengan pikiran bersahabat serta penuh kasih sayang terhadap semua makhluk, semua yang hidup, ia membersihkan pikirannya dari itikad jahat. Dengan menyingkirkan kemalasan dan kelambanan, ia berdiam dalam keadaan bebas dari kemalasan dan kelambanan; dengan memusatkan perhatiannya pada penceIapan terhadap cahaya (alokasanna), ia membersihkan pikirannya dari kemalasan dan kelambanan. Dengan menyingkirkan kegelisahan dan kekhawatiran, ia berdiam bebas dari kekacauan; dengan batin tenang, ia membersihkan pikirannya dari kegelisahan dan kekhawatiran.

49


- -- -¬
--'-',',"--C._0., ...",.".,>.'

tidak mengatakan apakah yang satu atau yang lain.
59. "Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari Dada, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya ke pandangan terang yang timbul dari pengetahuan (nana dassana). Demikianlah ia mengerti: 'tubuhku ini mempunyai bentuk, terdiri atas empat un sur pokok (maha bhuta), berasal dari ayah dan ibu, timbul dan berkembang karena perawatan yang terus menerus, bersifat tidak kekal, dapat mengalami kerusakan, kelapukan, kehancuran, dan kematian; begitu pula halnya dengan kesadaran (vinnana) yang terikat dengannya'.
60. 'Saudara, sarna seperti halnya dengan permata Veluriya, yang gemerlapan, bersih, mempunyai delapan sudut yang terpotong rapi,jernih, murni, tanpa cacat, sempurna dalam keadaan apa pun. Dan di tengahnya dimasuki seutas benang, yang berwarna biru,jingga, merah, putih atau kuning. Seandainya seseorang yang memiliki illata meletakannya di atas tangannya, maka ia akan merenung: 'Permata Veluriya ini adalah gemerlapan, bersih, mempunyai delapan sudut yang terpotong rapi,jemih, murni, tanpa cacat, sempurna dalam keadaan apa pun. Sekarang permata itu diikatkan pada seutas benang yang berwama biru,jingga, merah, putih atau kuning.'
'Saudara, demikian pula dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari Dada, lunak siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya ke pandangan terang yang timbul dari pengetahuan. Dan demikianlah ia mengerti: 'Tubuhku ini mempunyai bentuk, terdiri empat un sur pokok, berasal ayah dan ibu, timbul dan berkembang karena perawatan yang terus mengalami kerusakan, kelapukan, kehancuran dan kematian. Begitu pula halnya dengan kesadaranku yang terikat dengannya.'
'Saudara, bilamana seorang bhikkhu mengetahui dan melihat seperti itu, apakah ia akan berpendapat: 'Apakahjiwa sarna denganjasmani, ataujiwa merupakan hallain danjasmani hal yang lain?'
'Va, bhante.'
'Saudara, tetapi saya mengetahui dan melihatnya seperti itu. Namun saya
tidak mengatakan apakah yang satu atau yang lain.
61. 'Dengan pikiran yang telah terpusat, berslh,jernih, bebas dari nafsu, bebas
dari Dada, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat

54


-<._---¬

digoncangkan, ia menggunakan dan mengarahkan pikirannya pada penciptaan tubuh-ciptaan-batin (mano-maya-kaya). Dari tubuh ini, ia menciptakan tubuh¬ciptaan-batin r'n'elalui pikirannya; yang memiliki bentuk, merililiki anggota¬anggota dan bagian-bagian tubuh lengkap, tanpa kekurangan suatu organ pun.'
62. 'Saudara, sarna seperti halnya seseorang menarik sebatang ilalang keluar dari pelepahnya. Maka ia akan mengerti: 'Inilah ilalang, inilah pelepah. Ilalang adalah satu haI. Pelepah adalah hal yang lain. Dari pelepah bahwasanya ilalang itu telah ditarik ke luar'.
'Saudara, sarna seperti halnya seorang mengeluarkan ular daTi kulitnya. Maka ia akan tabu: 'Inilah ular, inilah selonsong. Olaf adalah satu hal, kulit adalah hal yang lain. Dari kulit bahwasanya ular itu telah dikeluarkan'.
'Saudara, sarna seperti halnya seseorang menghunus pedang dari sarungnya. Maka ia akan tabu: 'Inilah pedang, inilah sarung pedang, Pedang adalah satu hal, sarung pedang adalah hal yang lain. Dari sarung pedang bahwasanya pedang itu telah dihunus'.
'Saudara, demikian pula dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas daTi nafsu bebas daTi Dada, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada penciptaan wujud-ciptaan-batin' (mano maya kaya). Dari tubuh ini, ia menciptakan 'tubuh ciptaan batin melalui pikirannya; yang memiliki bentuk, memiliki anggota-anggota dan bagian-bagian tubuh lengkap, tanpa kekurangan sesuatu organ apapun'. ¬
'Saudara, bilamana seorang bhikkhu mengetahui dan melihat seperti itu, apakah ia akan berpendapat: 'Apakahjiwa sarna denganjasmani, ataujiwa merupakan hallain danjasmani hal yang lain?'
'Va, bhante.'
'Saudara, tetapi saya mengetahui dan melihatnya seperti itu. Namun saya
tidak mengatakan apakah yang satu atau yang lain.
63. 'Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih,jernih, bebas daTi nafsu, bebas daTi Dada, h.inak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan; ia memgunakan dan mengarahkan pikirannya pada bentuk-bentuk iddhi (perbuatan batin). Ia melakukan iddhi dalam aneka ragam bentuknya: daTi satu ia menjadi banyak, atau daTi banyak kembali menjadi satu; ia menjadikan dirinya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat; tanpa merasa terhalang ia berjalan

55


menembusi dinding, benteng atau gunung, seolah-olah berjalan melalui ruang kosong; ia menyelam dan timbul melalui tanah, seolah-olah berjalan di atas tanah; dengan duduk bersila ia melayang layang di udara, seperti seekor burung dengan sayapnya; dengan tangan ia dapat menyentuh dan meraba bulan dan matahari yang begitu dahsyat dan perkasa; ia dapat pergi mengunjungi alam-alam dewa Brahma dengan membawa tubuh kasarnya'.
64. 'Saudara, sarna seperti halnya seorang pembuat barang-barang tembikar atau pembantunya, dapat membuat, berhasil menciptakan berbagai bentuk barang tembikar yang mengkilap menurut keinginannya'.
'Saudara, sarna seperti halnya pemahat gading atau pembantunya, dapat mernilih gading serta berhasil mernahatnya rnenjadi berbagai bentuk pahatan¬gading menurut keinginannya'.
'Saudara, sarna seperti halnya tukang ernas atim pembantunya, dapat menjadikan, berhasil membuat berbagai bentuk barang dari ernas, menurut keinginannya'.
'Saudara' dernikian pula dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari Dada, 'Iunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu rnempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada bentuk-bentuk iddhi. Demikianlah ia melakukan iddhi dalam aneka ragam bentuknya: dari satu ia menjadi banyak, atau dari banyak kernbali menjadi satu; ia rnenjadikan dirinya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat; tanpa rnerasa terhalang, ia berjalan menembus dinding, benteng atau gunung, seolah olah berjalan melalui ruang kosong; Ia rnenyelarn dan timbul melalui tanah, seolah-olah berjalan di atas tanah; dengan duduk bersila ia melayang-Iaypng di udara, seperti seekor burung dengan sayapnya; dengan tangan ia dapat rnenyentuh dan rneraba bulan dan rnatahari yang begitu dahsyat dan perkasa; ia pergi mengunjungi alam-alam dewa brahrna dengan mernbawa tubuh kasarnya'.
'Saudara, bilamana seorang bhikkhu mengetahui dan rnelihat seperti itu, apakah ia akan berpendapat: 'Apakahjiwa sarna denganjasmani, ataujiwa merupakan hallain danjasmani hal yang lain?'
'Va, bhante.'
'Saudara, tetapi saya rnengetahui dan melihatnya seperti itu. Narnun saya tidak mengatakan apakah yang satu atau yang lain.
65. 'Dengan pikirannya yang terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas
dari Dada, lunak siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan,

56

--.II
r .,._


ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada kemampuan¬kemampuan dibbasota (telinga dewa). Dengan kemampuan-kemampuan dibbasotta yangjemih, yang melebihi telinga manusia, ia mendengar suara¬suara manusia dan dewa, yangjauh atau yangdekat'.
66. 'Saudara, sarna seperti halnya seseorang yangsedang berada dijalan raya, dapat mendengar suara genderang besar, suara tembur, suara tiupanterompet kulit kerang, suara genderang kecil. Maka ia akan tabu: "lnilah suara genderang besar, ini suara tambur, ini suara tiupan terompet kulit kerang, ini suara genderang kecit'.
'Saudara, demikian pula dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jemih, bebas daTi nafsu, bebas daTi noda, lunak, siap untu_ dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada kemampuan-kemampuan dibbasotta (telinga dewa). Dan dengan kemampuan-kemampuan dibbasotta yang jemih, yang melebihi telinga manusia, ia mendengar suara-suaramanusia dan dewa, yang jauh atau yang dekat'.
'Saudara, bilamana seorang bhikkhu mengetahui dan melihat seperti itu, apakah ia akan berpendapat: 'Apakahjiwa sarna denganjasmani, ataujiwa merupakan hallain danjasmani hat yang lain?'
'Ya, bhante.'
'Saudara, tetapi saya mengetahui dan melihatnya seperti itu. Namun saya
tidak mengatakan apakah yang satu atau yang lain.
67. 'Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih jemih, bebas daTi nafsu, bebas daTi noda, lunak, siap untuk dipergunakan, tegul) dan tidak dapat dig°!lcangkan, ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada cetopariya_ana (pengetahuan untuk membaca pikiran orang lain). Dengan menembus melalui pikirannya sendiri, ia mengetahui pikiran-pikiran makhluk lain, dan pikiran orang-orang lain.
la mengetahui:
Pikiran yang disertai nafsu sebagai pikiran yang disertai nafsu.
Pikiran tanpa nafsu sebagaitanpa nafsu.
Pikiran yang disertai kebencian sebagai pikiran yang disertai kebencian. Pikiran tanpa kebencian sebagai pikiran tanpa kebencian.
Pikiran yang disertai ketidaktahuan seba.gai pikiran yang disertai

57


ketidaktahuan.
Pikiran tanpa ketidaktahuan sebagai pikiran tanpa ketidaktahuan.
Pikiran yang teguh sebagai pikiran yang teguh.
Pikiran yang ragu-ragu sebagai pikiran yang ragu-ragu.
Pikiran yang berkembang sebagai pikiran yang berkembang.
Pikiran yang tidak berkembang sebagai pikiran yang tidak berkembang. Pikiran yang rendah sebagai pikiran yang rendah.
Pikiran yang luhur sebagai pikiran yang luhur.
Pikiran yang terpusat sebagai pikiran yang terpusat.
Pikiran yang berhamburan (kacau) sebagai pikiran yang berhamburan (kacau).
Pikiran yang bebas sebagai pikiran yang bebas.
Pikiran yang tidak bebas sebagai pikiran yang tidak bebas.'
68. 'Saudara, sarna halnya seperti seorang wan ita, lelaki atau anak kecil, yang ingin mernperindah diri dengan melihat wajahnya pada permukaan sebuah kaca yang bersih dan jernih atau pada sebuah tempayan yang berisikan air
jernih; maka apabila wajahnya memiliki tahi lalat, ia tabu bahwa wajahnya memiliki tahi lalat; apabila wajahnya tidak memiliki tahi lalat, ia tabu bahwa wajahnya tidakmemiliki tahi lalat'
'Saudara, demikian pula dengan pikiran yang telah terpusat, bersih,jernih, bebas dari nafsu, bebas dari Dada, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu menggunakan dan rnengarahkan pikirannya pada cetopariyanana. Dengan men em bus melalui pikirannya sendiri, ia mengetahui pikiran-pikiran makhluk lain dan pikiran orang-orang lain, iamengetahui:
Pikiran yang disertai nafsu sebagai pikiran yang disertai nafsu.
Pikiran tanpa napsu sebagai pikiran tanpa nafsu.
Pikiran tanpa kebencian sebagai pikiran tanpa kebencian.
Pikiran yang disertai ketidaktahuan sebagai pikiran yang disertai ketidaktahuan.
Pikiran tanpa ketidaktahuan sebagai pikiran tanpa ketidaktahuan. Pikiran yang teguh sebagai pikiran yang teguh.
Pikiran yang ragu-ragu sebagai pikiran yang ragu-ragu.

58

. .'m""'_ .


Pikiran yang berkembang sebagai pikiran yang berkembang.
Pikiran yangtidak berkembang sebagai pikiran yang tidak berkembang. Pikiran yang rendah sebagai pikiran yang rendah.
Pikiran yang lOOur sebagai pikiran yang lOOur.
Pikiran yang terpusat sebagai pikiran yang terpusat.
Pikiran yang berharnburan (kacau) sebagai pikiran yang berharnburan (kacau).
Pikiran yang bebas sebagai pikiran yang bebas.
Pikiran yang tidak bebas sebagai pikiran yang tidak bebas'.
'Saudara, bilarnana seorang bhikkhu mengetahui dan melihat seperti itu, apakah ia akan berpendapat'Apakahjiwa sarna denganjasmani, atau
jiwamerupakanhallaindanjasmanihal yang lain?'
'Ya, bhante.'
'Saudara, tetapi saya mengetahui dan melihatnya seperti itu. Narnun saya tidak mengatakan apakah yang satu atau yang lain.
69. 'Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari Dada, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digancangkan, ia menggunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang pubbenivasanussati (ingatan terhadap kelahiran-kelahiran lampau). Demikialah ia ingat tentang bermacam-macam kelahirannya yang lampau, seperti: satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, dua puluh kelahiran, tiga puluh kelahiran, empat puluh kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, melalui banyak masa perkembangan (pembentukkan) bumi (samvatta-kappa), melalui banyak masa perkembangan-kehancuran (samvata-vivatta-kappa). 'Di suatu tempat demikian, suku bangsaku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan yang demikian, batas umurku adalah demikian. Kemudian, setelah aku berlalu dari keadaan itu, akulahir kembali di suatu tempat demikian: di sana namakl,l adalah demikian, makananku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan yang demikian, batas umurku adalah demikian. Setelah aku berlalu dari keadaan itu, kemudian aku lahir kembali di sini'. Demikianlah ia mengingat kembali tentang bermacam-macam kelahirannya di mas a lampau, dalam selurOO

59


seluk beluknya dalarn seluruh macamnya'.
70. 'Saudara, sarna halnya seperti seseorang yang pergi dari desanya menuju ke lain desa, dan dari desa itu ia pergi ke desa lainnya lagi, serta dari desa itu ia pulang kembali ke desanya sendiri; maka ia akan tahu: 'Dari desaku sendiri, aku pergi ke lain desa. Di sana aku berdiri di tempat-tenipat demikian, duduk demikian, berbicara demikian, berdiarn diri demikian. Dari tempat itu aku datang ke desa lainnya; di sana aku berdiri di tempat¬tempat demikian, duduk demikian, berbicara demikian, berdiam diri demikian. Sekarang, dari desa itu aku pulang ke desaku sendiri!.
'Saudara, demikian pula dengan pikirannya yang telah terpusat, bersih, jemih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu menggunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang pubbenivasanussati (ingatan terhadap kelahiran-kelahiran larnpau). Demikianlah ia ingat tentang bermacarn-macarn kelahirannya yang larnpau, seperti: satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, duapuluh kelahiran, tiga puluh kelahiran, empat puluh kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, melalui banyak masa-perkembangan (pembentukan) bumi (samvatta kappa), melalui banyak masa kehancuran (vivatta-kehancuran), dan melalui banyak masa perkembangan kehancuran (samvata-vivatta-kappa). 'Di suatu tempat kelahiran, namaku adalah demikian, makananku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian; aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan yang demikian, batas umurku adalah demikian. Kemudian, setelah aku berlalu dari keadaan itu, aku lahir kembali di suatu tempat demikian; di sana, namaku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan yang demikian, batas umurku adalah demikian. Setelah aku berlalu daTi keadaan itu, kemudian aku lahir kembali di sini'. Oemikianlah ia mengingat kembali tentang bermacam-macam kelah irannya di masa lampau, dalam seluruh seluk beluknya, dalam seluruh macamnya.' Saudara, bilamana seorang bhikkhu mengetahui dan melihat seperti itu, apakah ia akan berpendapat: 'Apakah jiwa sarna dengan jasmani, atau jiwa merupakan hallain danjasmani hal yang lain?'
'Ya, bhante.'
'Saudara, tetapi saya mengetahui dan melihatnya seperti itu. Namun saya tidak mengatakan apakah yang satu atau yang lain.

60


71. 'Dengan pikiran yang terpusat, bersih, jemih, be bas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, iainempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang timbul dan lenyapnya makhluk-makhluk (cutupapatta nana). Dan dengan kemampuan dibbacakkhu (mata dewa) yang jemih, yang melebihi mata manusia, ia melihat bagaimana setelah makhluk-makhluk berlalu dari satu perwujudan (kelahiran), muncul dalam perwujudan (kelahiran) lain; rendah, mulia, indah,jelek, bahagia dan menderita. Ia melihat bagaimana makhluk makhluk itu muncul sesuai dengan perbuatan-perbuatannya: 'Saudara, makhluk-makhluk ini memiliki perbuatan, ucapan dan pikiran yangjahat, menghina para slid, pengikut pandangan-pandangan keliru, dan melakukan perbuatan menurut pandangan keliru. Pada saat kehancuran tubuhnya, setelah meninggal mereka terlahir kembali dalam alam celaka, alam sengsara, alam neraka. Tetapi, makhluk-makhluk yang lain, saudara, memiliki perbuatan, ucapan dan pikiran yang baik, bukan penghina para suci, pengikut pandangan-pandangan benar dan melakukanperbuatan menurut pandangan benar. Pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga'. Demikianlah, dengan kemampuan dibbacakkhu (mata dewa) yangjemih, yang melebihi mata manusia, ia melihat bagaimana setelah makhluk-makhluk berlalu dari satu perwujudan, muncul dalam perwujudan lain; rendah, mulia, indahjelek, bahagia dan menderita'.
72. 'Saudara, sarna halnya seperti di sana terdapat sebuah rumah bertingkat, terletak di suatu tempat yang menghadap ke perempatan jalan; dan seandainya seseorang yang memilki mata berdiri di atasnya, mengamati orang-orang memasuki rumah, keluar dari rumah, berjalan hilir mudik sepanjangjalan, duduk di tengah pere.mpatanjalan; maka ia akan tabu: 'Or¬ang-orang itu memasuki rumah; orang-orang.itu keluar dari rumah; orang¬orang itu berjalan hilir mudik sepanjangjalan; orang-orang itu duduk di tengah perempatanjalan'.
. 'Saudara, demikian pula dengan pikirannya yang telah terpusat, bersih, jemih, be bas dari nafsu, bebas dari nod a, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkannya pada'pengetahu'an tentang timbul dan lenyapnya makhluk¬makhluk (cutupapata nana). Dan dengan kemampuan dibbacakkhu (mata dewa) yangjemih, yang melebihi mata manusia, ia melihat bagaimana setelah makhluk-makhluk berlalu dari satu perwujudan, muncul dalam perwujudan lain; rendah mulia, indah,jelek, bahagia dan menderita. Ia melihat bagaimana

61


"IiI!\!

makhluk-makhluk itu munclil sesliai dengan perbllatan-perbuatannya: "Makhluk-makhluk ini, saudara memiliki perbuatan, ucapan dan pikiran yang jahat, penghina para suci, pengikut pandangan-pandangan keliru, dan melakukan perbuatan-perbuatan menurut pandangan-pandangan keliru. raJa saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam cela, alam sengsara, alam neraka. Tetapi, makhluk-makhluk lain, saudara, memiliki perbuatan, ucapan dan pikiran yang baik, bukan penghina para suci, pengikut perbuatan menurut tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga. Demikianlah, dengan kemampuan dibbacakkhu (Mata Dewa) yang jernih, yang melebihi illata manusia, ia melihat bagaimana setelah makhluk-makhluk berlalu dari satu perwujudan, muncul dalam perwujudan lain; rendah, mulia, judah, jelek, bahagia dan menderita'.
Saudara, bilamana seorang bhikkhu mengetahui dan melihat seperti itll, apakah ia akan berpendapat: 'Apakah jiwa sarna dengan jasmani, atau jiwa merupakan hallain danjasmani hal yang lain?'
'Va, bhante.'

'Saudara, tetapi saya mengetahui dan melihatnya seperti itu. Namun saya tidak mengatakan apakah yang satu atau yang lain.
73,19.'Dengan pikiran yang tehih terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak,siap untuk dipergunakan, teguhdan tidak dapat digoncangkan, ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang penghancuran noda-noda batin (asava). Demikianlah, ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah dukkha_. la mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah schab dukkha'. la mengetahui sebagaimana adanya: "lniIah akhir dukkha. la mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah Jalan yang menuju pada lenyapnya dukkha. la mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah asava. la mengetahui sebagaimana adanya: Inilah akhir akhir asava. la mengetahui sebagaimana adanya: Inilah jalan yang menuju pada lenyapnya asava. Dengan mengetahui, melihat demikian, maka pikirannya terbebas dari noda-noda nafsu (kamasava), noda-noda perwujudan (bhavasana), noda-noda ketidaktahuaan (avijjasava). Dengan terbebas demikian, maka timbullah pengetahuan tentang kebebasannya, dan ia mengetahui: 'Berakhirlah kelahiran kembali, terjalani kehidupan suci, selesailah apil yang harus dikerjakan, tiada lagi kehidupal1 sesudah ini'.
'Saudara, bilamana seorang bhikkhu mengetahui dan melihat seperti itu,

62


apakah ia akan berpendapat: 'Apakahjiwa sarna denganjasmani, ataujiwa merupakan hallain danjasmani hal yang lain?'
'Va, bhante.'
'Saudara, tetapi saya mengetahui dan melihatnya seperti itu. Namun saya tidak mengatakan apakah yang satu atau yang lain.
'Demikianlah yang dikatakan Bhagava. Setelah mendengar uraian Bhagava, Otthaddho Licchavi menjadi gembira.

63



Tidak ada komentar:

Posting Komentar