Selasa, 16 Maret 2010

KUTADANTA SUTTA

KUTADANTA SUTTA

I "Ii

Demikianlah yang saya den gar.
1. Pacta suatu ketika Sang Bhagava serta sekelompok besar bhikkhu sangha, sebanyak lima ratus bhikkhu, sedang mengada¬kan perjalanan melalui kerajaan Magadha dan tiba di Brahmana¬gaIDa, menginap di Ambalatthika, Khanumata.
Pacta waktu itu Brahmana Kutadanta tinggal di Khanumata, tempat yang ramai, ban yak padang rumput, hutan dan jagung, daerah yang dihadiahkan oleh Raja Bimbisara kepadanya dan ia mengusai daerah itu bagaikan raja.
Ketika itu persiapan untuk upacara korban besar telah dipersiapkan atas nama Brahmana Kutadanta. Seratus pasang sari dan seratus pasang kambing telah disiapkan di tempat upaGara.

2. Sementara itu, para brahmana dan penduduk Khanumata mendengar berita tentang kedatangan Samana Gotama, maka mereka berduyun-duyun pergi ke Ambalatthika.

3. Pacta saat itu, Brahmana Kutadanta berada di teras atas rumahnya untuk istirahat, ia melihat orang-orang yang beper¬gian itu, ia bertanya kepada penjaga pintu tentang kepergian orang-orang itu. Penjaga pintu menerangkannya.

4. Kemudian Kutadanta berpikir: "Saya mendengar bahwa Samana Gotama mengerti tentang pelaksanaan upacara korban yang sukses dengan 'tiga metoda serta enam belas peralatan tambahannya'." Saya tidak mengetahui semua hal ini, namun saya akan melaksanakan upacara korban. Nampaknya baik bagi saya hila saya menemui dan menanyakan hal ini kepada Samana

8
"----¬

Gotama. Maka ia menyuruh penjaga pintu agar menemui para brahmana dan penduduk. Khanumata untuk menunggunya kare¬na ia pun mall menemui Sang Bhagava.

5 - 8. Ketika itu pula, acta banyak brahmana yang berada di Khanumata untuk mengambil bagian dalam upacara korban besar itu. Pacta saat mereka mendengar berita ini, mereka me¬nemui Kutadanta dan membujuknya, dengan alasan seperti yang telah mereka ajukan kepada Sonadanda, agar ia j angan pergi. N amun Kutadanta menjawab seperti apa yang dikatakan oleh Sonadanda kepada mereka. Mereka menjadi puas dan pergi bersama Kutadanta menemui Sang Bhagava.

9. Setelah Brahmana Kutadanta duduk, ia mengatakan apa yang telah ia dengar kepada Sang Bhagava dan memohon Beliau menerangkan tentang pelaksanaan upacara korban yang sukses dengan tiga metoda serta enam belas kondisi.
"Brahmana, baik, dengar dan perhatikanlah apa yang akan
Sara katakan."
"Baik," jawab Brahmana Kutadanta. J
"Dahulu kala acta seorang raja bernama Mahavijito yang
memiliki harta dan kekayaan yang besar sekali; memiliki gu¬dang-gudang emas dan perak serta hal-hal yang menyenang¬kan, barang-barang serta pallen yang baik; lumbung dan pe¬nyimpanan harta yang penuh. Pacta suatu had ia sedang duduk sendiri, merenung dan berpikir:.
"Saya memiliki segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Seluruh dunia menjadi milikku karena sara taklukkan. Suatu hal yang baik jika saya melakukan upacara korban yang besar guna memantapkan kesejahteraan dan kejayaanku sara untuk kemudian had." Raja memanggil b_ahmana penasehat spiritualnya dan mengatakan apa yang telah dipikirkannya dengan berkata. "Saya akan senang sekali melakukan upacara pengorbanan yang besar demi kejayaan dan kesejahteraanku untuk masa yang lama. Katakan padaku bagaimana caranya?"
Penasehat raja menjawab: "Kerajaan sedang dalam keka¬callan. Ada perampok yang merajalela di desa-desa dan kota¬kota dan mengakibatkan jalan-jalan tidak aman. Bilamana hal itu masih seperti itu, lalu raja akan menarik pajak, maka raja akan bertindak salah. Namun bilamana raja berpendapat,'saya akan segera menghentikan perampok-perampok itu dengan cara penangkapan, mendenda, mengikat dan menghukum mati!' Tetapi kejahatan itu tidak akan lenyap dengan seperti itu. Karena penjahat yang tak tertangkap akan tetap melakukan kejahatan.
Ada sebuah cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan kekacauan ini. Siapa saja dalam kerajaan yang hidup sebagai pe¬ternak dan petani, raja' berikan makanan dan bibit kepada me¬reka. Siapa saja dalam kerajaan yang hidup sebagai pedagang, raja berikan modal kepada mereka. Siapa saja dalam kerajaan yang hidupnya sebagai pegawai negara, raja berikan gaji dan makanan kepada mereka. Orang-orang itu melaksanakan peker¬jaan mereka masing-masing, maka pendapatan negara akan meningkat, kerajaan akan aman dan damai, rakyat akan senang dan bahagia, mereka akan menari dengan anak-anak mereka dan mereka hidup dengan rumah yang aman.
Raja Mahajivita menerima dan melaksanakan seperti apa yang disampaikan oleh penasehat kepadanya. Demikianlah, rakyat hidup melaksanakah tugas mereka masing-masing, aki¬batnya kejahatan lenyap. Perbendaharaan raja bertambah.
Kerajaan menjadi aman dan damai. Rayat menjadi senang dan bahagia, mereka menari dengan anak-anak mereka dan mereka hidup dengan rumah yang aman.

12. Kemudian raja memanggil penasehat dengan berkata: "Kerajaan telah aman dan damai. Saya mall melaksanakan upacara korban yang besar guna kesejahteraan dan kejayaan

pada masa mendatang. Bagaimana cara melakukannya de'hgan
baik?"
"Seyogyanya, raja mengirimkan undangan kepada siapa
saja dalam kerajaan ini sebagai kesatrianya di kota-kota atau
desa-desa; atau para menteri, brahmana atau perumah tangga di
kota maupun di des a, dengan mengatakan: 'Saya akan melak¬sanakan upacara korban yang besar. Saya harap anda sekalian menjadi saksi guna kesejahteraan dan kejayaanku di masa
mendatang' ."
"Brahmana, Raja Mahavijita menerima anjuran penasehat
dan ia melakukannya. Maka mereka masing-masing para kesa¬
tria, menteri, brahmana dan perumah-tangga memberikan jawab¬
an yang sarna: 'Semoga maha raja melaksanakan upacara kor¬
ban. Raja, waktu telah tepat'."
Begitulah, empat kelompok ini menyetujui pelaksanaan
upacara serta ikut bagian dalam upacara tersebut.

13. Raja Mahavija memiliki delapan hal, yaitu:
Ia dilahirkan dari ayah dan. ibu yang memiliki garis keturunan¬
Dan yang baik dari tujuh generasi, tanpa cacat maupun kritikan
untuk kelahirannya.
Ia rupawan, berpenampilan yang menyenangkan, diperca¬
yai, tubuhnya yang bagus, berwarna cerah, berpotongan yang
baik dan tegap.
Ia maha besar, memiliki harta kekayaan yang besar, gudang
emas dan peTak serta hal-hat yang menyenangkan, barang¬
barang dan pallen yang baik, tumbling dan penyimpanan harta
yang penuh.
Ia sang at berkuasa, koITiandan pasukan yang loyal dan
disiplin, terdiri dari empat divisi yaitu: pasukan gajah, kuda,
kereta dan pemanah); nampaknya musuhnya dikarahkan oleh
keperkasaannya.


Ila 'yakin pacta agama, dermawan, penyantun menyokong para samana, brahmana, orang miskin, pengembara, minta-minta dan pemohon; pelaku perbuatan-perbuatan baik.
Ia terpelajar untuk berbagai macam pengetahuan.
la mengetahui apa yang telah dikatakan dan dapat mene¬
rangkan: 'Kata-kata itu mempunyai arti anu dan itu dst..'
Ia pintar, ahli, bijaksana dan dapat memikirkan hal seka¬
rang, yang lampau atau yang akan datang.
Inilah delapan hal yang dimilikinya, yang juga menjadi
bahan persiapan untuk upacara korban.

14. Brahmana penasehat spiritualnya memiliki empat hal, yaitu:
Ia dilahirkaQ. dari ayahdan ibu yang memiliki garis keturu¬nan yang baik dari tujuh generasi, tanpa cacat maupun kritikan untuk kelahirannya.
Ia siswa yang telah menghafal mantra-mantra, menguasai tiga veda dengan semua indeks, ritual, phonologi, tafsiran, le¬genda, terp_lajar dalam idiom dan gramatika, menguasai penge¬tahuan alam (lokayata) dan tiga puluh dua tanda tubuh orang besar (maha purisa).
Ia saleh, bermoral dan memiliki gila yang berkembang
dengan baik.
Ia pintar, ahli dan bijaksana, merupakan orang yang teru¬
lama atau kedua dari orang yang berkuasa.
Inilah empat hal yang dimilikinya, yang juga menjadi bahan
pesiapanuntuk upacara korban. .


15. N amunsebelum upacara mulai, penasehat menerangkan tiga hal kepada raja:
'Bilamana, sebelum upacara mulai, raja menyesal: 'Betapa besar kekayaan yang aku akan habiskan dalam upacara ini', janganlah raja berpikiran seperti ini. Bilamana sementara mela¬

kasanakan upacara, raja menyesal: 'Betapa besar kekayaan yang aku akan habiskan dalam upacara ini', maka janganlah raja berpikiran seperti itu. Bilamana upacara korban telah selesai, r(ija menyesal: ' Betapa besar kekayaan yang telah saya habis¬kan', janganlah raja berpikiran seperti itu.'
Demikianlah penasehat menerangkan tiga hat kepada raja.

16. "Brahmana, selanjutnya sebelum upacara mulai dan urituk mencegah menyesalan yang muncul pacta orang-orang yang ikut melaksanakan upacara, penasehat berkata: "Saudara-saudara mungkin dalam pelaksanaan upacara korban acta orang-orang yang membunuh makhluk hidup dan acta yang menghindari pembunuhan; orang yang mengambil yang tidak diberikan dan orang yang menghindarinya; orang yang memuaskan nafsu dengan cara yang salah dan orang yang menghindarinya; orang yang berdusta dan orang yang tak berdusta, orang yang bicara kasar dan orang yang tak bicara kasar, orang yang menfitnah dan orang yang tak menfitnah, orang yang bergunjing dan orang yang tak bergunjing; orang yang serakah dan orang yang tak serakah; orang yang membenci dan orang tak membenci; dan orang yang berpandangan salah serta orang yang berpandangan benar. Mengenai orang-orang ini, mereka yang berbuat jahat, biarkanlah dengan kejahatan mereka itu. Sedangkan bagi mereka yang berbuat baik, semoga raja dan saudara sekalian mempersi¬lahkan mereka melaksanakan upacara dan seyogyanya raja memberikan hadiah kepada mereka sesuai dengan kesediaan raja."

17. "Brahmana, sementara raja melaksanakan upacara, pena¬sehat mengarahkan dan menyenangkan serta mengembirakan hatinya dengan enam "belas hal: Bilamana acta orang yang mem¬bicarakan tentang raja, selagi raja melakukan upacara: 'Raja Mahavijita melaksanakan upacara korban tanpa mengundang
empat kelas masyarakat dari rakyatnya, ia sendiri tak memiliki delapan hal, juga tanpa bantuan dari penasehat yang memiliki empathal; maka mereka tidak berbicara berdasarkan fakta. Karena raja telah mendapat persetujuan dari empat kelas masya¬
rakat, raja memiliki delapan hal dan penasehatnya memiliki. empat hal. Sehubungan dengan setiap faktor dari enam belas hal, semoga raja yakin bahwa semua hal itu telah terpenuhi. Ia dapat melaksanakan upacara, gembira dan damai. '"

18. "Brahmana, dalam pelaksanaan upacara tidak acta sari, kambing, ungas, babi yang dibunuh atau tidak acta makhluk hidup mana pun yang dibunuh. Tidak acta pohon yang ditebang untuk dijadikan tiang, tidak acta rumput' 'Dabba'yang disabit dan diletakkan disekeliling tiang. Para pekerja dan pembantu atau pekerja yang bekerja, tidak acta yang diancam dengan cambuk atau tongkat, sehingga tidak acta tangisan maupun air illata bercucuran di wajah mereka. Siapa yang ingin membantu, ia bekerja; ia yang tidak mall membantu, tidak bekerja. Setiap orang melakukan sesuai apa yang ia inginkan; melakukan at au tidak melakukan. Upacara dilaksllnakan dengan hanya menggu¬nakan ghee, minyak, mentega, susu, madu dan gula.

19. "Brahmana, selanjutnya para kesatria, menteri, brahmana, petugas dan perumah-tangga, apakah dari kota atau desa, dengan membawa banyak harta, pergi menemui Raja Mahavijita, dan berkata: "Raja, harta yang banyak ini, kami bawa ke maTi untuk raja. Semoga raja menerimanya langsung daTi kami!" "Saudara¬saudara, saya telah memiliki cukup banyak harta yang dapat
. berct'asarkan penarikan pajak yang adil. Bawa kembali milikmu itu dan ambillagi secukupnya.!"
Setelah raja menolak menerima, mereka bersama-sama ke kesamping dan berembuk: "Tidak pantas bagi kita untuk mem¬bawa kembali harta ini ke rumah kita masing-masing. Raja

Mahavijita telah mengorbankanbanyak untuk upacara. Sebaik¬nya kita melakukan upacara pula."

20. Maka para kesatria membangun sambungan bagian upacara di sebelah timur lobang upacara; para pegawai membangun di selatan, para brahmana membangun di barat di utara. Barang¬barang dan bentuk dana mereka adalah mirip dengan yang dilakukan oleh raja sendiri.
Demikianlah, acta empat kelas masyarakat, Raja Mahajivita memiliki delapan hal dan brahmana penasehatnya memiliki empat hal. Ada tiga metoda melaksanakan upacara korban. lni yang disebut pelaksanaan upacara dalam tiga metoda dan enam belas kondisi.

21. Setelah Sang Bhagava menerangkan, para brahmana mem¬boat suara riuh dan berkata: "Betapa agung upacara itu, sung¬gull suci pelaksanaannya!" Tetapi Brahmana Kutadanta hanya duduk diam saja. .
Lalu para brahamaria itu berkata kepada Kutadanta: "Mengapa and a tidak menyetujui uraian yang baik dari Samana Gotama?"
"Saya bukan tidak menyetujui, karena barangsiapa tidak menyetujui apa yang telah diterangkan dengan baik oleh Samana Gotama, maka kepalanya akan recall tujuh. Sara sedang memi¬kirkan bahwa Samana Gotama tidak berkata: "Demikian yang Sara dengar", atau "Demikian itu terlihat", tetapi hanya berkata "Begitulah hal itu," atau "Itu demikian". Jadi, sara berpendapat: ':Sesungguhnya Samana Gotapa sendiri pacta waktu itu adalah Raja Mahavijita atau Brahmana Penasehat Spiritual raja. Apa¬kah Samana Gotama mengakui bahwa ia yang melaksanakan upacara korban atau menyebabkan upacara itu dilaksanakan, yang setelah meninggal dunia ia terlahir kembali di alam bah-a¬gia di surga?"

"Brahmana, ya say a mengakuinya. Pad a waktu itu saya
adalah brahmana penasehat pacta upacara korban."
. "Gotama, apakah acta upacara korban yang tidak sulit dan tidak merepotkan namun menghasilkan pahala dan manfaat yang
lebih baik daripada upacara itu?"
"Ya ada, brahmana."
"Gotama, apakah Hu."
"Dana yang diberikan secara tetap kepada para pertapa yang memiliki sila yang baik."

23. "Gotama, tetapi apakah alasan dan sebab maka dana yang diberikan secara tetap kepada para pertapa yang memiliki sila yang baik adalah tidak sulit dan tidak merepotkan namun meng¬hasilkan pahala dan manfaat yang lebih baik daripada upacara yang memiliki tiga metoda dan enam belas kondisi."
Brahmana, karena para arahat tidak akan pergi atau tidak acta jalan kearahatan pacta upacara korban. mengapa tidak acta? Sebab pacta upacara korban terjadi pemukulan dan penangkapan di leher..Namun para arahat akan mendatangi tempat pemberian dana secara tetap, karena di situ tidak acta pemukulan at au pe-nangkapan. Dengan demikian, maka pemberian dana secara tetap lebih tinggi daripada upacara korban."

24. "Gotama, apakah acta upacara yang tidak sulit dan tidak merepotkan namun menghasilkan pahala dan manfaat lebih besar daripada kedua cara ini?"
"Ya ada, brahmana."
"Gotama, apakah itu?"
"Mendirikan vihara alas nama Sangha pacta empat arah."

25. "Gotama, apakah acta upacara yang tidak sulit dan tidak merepotkan namun menghasilkan pahala dan manfaat lebih besar daripada tiga cara ini?" .

16


"Ya ada, brahmana."
"Gotama, apakah itu?"
"Orang yang memiliki keyakinan dan berlindung pacta Buddha, Dhamma dan Sangha; inilah upacara yang menghasil¬kan pahala dan manfaat lebih besar daripada tiga cara itu."

26. "Gotama, apakah acta upacara yang tidak sulit dan tidak merepotkan namun menghasilkan pahala dan manfaat lebih besar daripada empat cara ini?"
"Ya ada, brahmana." ItGotama, apakah itu?"
Itlika seseorang dengan keyakinan melaksanakan gila, yaitu
menghindarkan diri dari: pembunuhan makhluk hidup, meng¬ambit barang yang tidak diberikan, pemuasan nafsu dengan cara yang salah, dusta, minum minuman yang dapat menyebabkan ketidakwaspadaan; inilah upacara yang menghasilkan pahala dan manfaat lebih besar daripada empat car a itu.1t

27. ItGotama, apakah acta upacara yang tidak sulit dan tidak merepotkan namun menghasilkan pahala dan manfaat lebih besar daripada lima cara ini?1t
ItYa ada, brahmana.1t ItGotama, apakah itu?1t
It Brahmana, seandainya di dunia ini muncul seorang Tatha¬
gala, yang maha suci, telah mencapai Penerangan Agung, sempurna pengetahuan serta tindak-tanduknya, sempuma me¬nempuh lalan, pengenal segenap alam, pembimbing yang tiada tara bagi mereka yang bersedia untuk dibimbing, guru para dewa dan manusia, yang Sadar, patut dimuliakan. Beliau mengajarkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui usaha-nya sendiri kepada orang-orang lain, dalam dunia ini yang meliputi para dewa, mara dan para dewa brahma; para petapa, brahma, raja beserta rakyatnya. Beliau mengajarkan Dhamma (Kebenaran)

yang indah pacta permulaan, indah pacta pertengahan, indah pacta akhir, dalam isi maupun bahasanya. Beliau mengajarkan cara hidup selibat (brahmacariya) yang sempurna dan suci".
"Kemudian, seorang yang berkeluarga atau salah seorang dari anak-anaknya atau seorang dan keturunan keluarga-rendah datang mendengarkan Dhamma itu, dan setelah mendengarnya ia memperoleh keyakinan, ia ingin menjadi bhikkhu. Setelah menjadi bhikkhu, ia hidup mengendalikan diri sesuai dengan Patimokkha (peraturan-peraturan bhikkhu), sempurna kelakuan dan latihannya, dapat melihat bahaya dalam kesalahan-kesalah¬an yang paling kecil sekalipun. Ia menyesuaikan dan melatih dirinya dalam peraturan-peraturan. Menyempurnakan perbuat¬an-perbuatan dan ucapannya. Suci dalam cara hidupnya, sem¬purna silanya, terjaga pinto-pinto inderanya. Ia memiliki perha¬tian-murni dan pengertian-jelas (sati-sampajanna); dan hidup puas".
"Bagaimanakah, seorang bhikkhu yang sempurna silanya? Dalam hal ini, seorang bhikkhu menjauhi pembunuhan, mena¬hall did dan pembunuhan mahluk-mahluk; menjauhi pencurian, menahan diri dari memiliki apa yang tidak diberikan; ia hidup selibat dan menjauhi kedustaan.
Ia menjauhi ucapan menfitnah, me nahan diri dari menfit¬nab; apa yang ia dengar di sini tidak akan diceritakan. di tempat lain sehingga menyebabkan pertentangan di sini. Apa yang ia dengar di tempat lain tidak akan diceritakannya di sini sehingga menyebabkan pertentangan di sana. Ia hidup menyatukan mere¬ka yang terpecah-belah, pemersatu, mencintai persatuan, men¬dambakan persatuan, persatuan merupakan tujuan pembicaraan¬nya.
Ia menjauhi ucapan kasar, menahan diri dari penggunaan kala-kala kasar, ia menjauhi pembicaraan yang menahan did dari percakapan yang tidak bermanfaat, ia berbicara pacta saat yang tepat, sesuai dengan kenyataan, berguna, tentang Dhamma dan Vinaya.

Ia melaksanakan Cola Sila, Majjhima Sila dan Maha Sila (seperti yang tersebut dalam Brahmajala Sutta).
'Selanjutnya, seorang Bhikkhu yang sempurna silanya, tidak melihat adanya bahaya dari sudol mana pun sejauh berke¬nail dengan pengendalian terhadap sila. Sarna seperti seorang ksatria yang patutdinobatkan menjadi raja, yang musuh_musuh¬nya telah dikalahkan, tidak melihat bahaya dari sudol mana pun sejauh berkenaan dengan musuh-musuh; demikian pula, seorang bhikkhu yang sempurna silanya, tidak melihat bahaya dari sudol mana pun sejauh berkenaan dengan pengendalian-sila. Dengan memiliki kelompok sila yang mulia ini, dirinya merasakan suatu kebahagian murni (anavajja sukham). Demikianlah seorang bhikkhu yang memiliki sila-sempurna'.
Bagaimanakah seorang bhikkhu memiliki penjagaan alas pinto-pinto inderanya? Bilamana seorang bhikkhu melihatsuatu obyek dengan matanya, ia tidak terpikat dengan bentuk keselu¬ruhan at au bentuk perinciannya. Ia berusaha menahan diri ter¬hadap bentuk-bentuk yang dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya keadaan-keadaan tidak baik atau buruk, keserakahan dan kebencian; yang telah begitu lama menguasai dirinya sewak¬tu ia berdiam tanpa pengendalian diri terhadap indera pengli¬hatannya. Ia menjaga indera penglihatannya.
Bilamana ia melihat suatu obyek dengan matanya, ia men¬dengar suara dengan telinganya, mencium ball dengan hi dung¬ora, ia mengecap rasa dengan lidahnya, ia merasakan sentuhan dengan tubuhnya, atau ia mengetahui sesuatu (dhamma) dengan pikirannya ia tidak terpikat dengan bentuk keseluruhan atau bentuk perinciannya. Ia berusaha menahan diri terhadap bentuk¬bentuk yang dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya keadaan-keadaan tidak baik dan buruk, keserakahan dan keben¬ciao; yang telah begitu lama menguasai dirinya sewaktu ia berdiam tanpa pengendalian diri terhadap indera-inderanya. Ia menjaga indera-inderanya, dan memiliki pengendalian terhadap indera-inderanya.

19
Bagaimanakah seorang bhikkhu memiliki perhatian murni dan pengertian jelas? Dalam hal ini seorang bhikkhu mengerti dengan jelas sewaktu ia pergi atau sewaktu kembali; ia mengerti dengan jelas sewaktu melihat ke derail atau melihat ke sam ping; ia mengerti dengan jelas sewaktu mengenakanjubah atas (sang-hati), jubah luar (civara) atau mengambil mangkuk (patta); ia mengerti dengan jelas sewaktu makan, minum, mengunyah atau menelan; ia mengerti dengan jelas sewaktu huang air atau sewaktu kencing; ia mengerti dengan jelas sewaktu dalam kea¬daaan berjalan, berdiri, duduk, tidur, bagun berbicara atau diam.
Bagaimanakah seorang bhikkhu merasa puas? Dalam hal ini seorang bhikkhu merasa puas hanya dengan jubah-jubah yang cukup untuk menutupi tubuhnya, puas hanya dengan makanan yang cukup untuk menghilangkan rasa lapar perutnya. Kemana pun ia akan pergi, ia pergi hanya dengan membawa hal¬hal ini.
Setelah memiliki kelompok-sila yang mulia ini, memiliKi pengendalian terhadap indera-indera yang mulia ini, memiliid perhatian murni dan pengertian jelas yang mulia ini, memiliki kepuasan yang mulia ini, ia memilih tempat-tempat sunyi di hutan, di bawah pabon, di lereng bukit, di celah gunung, di gua karang, di tanah kubur, di dalam hutan lebat, di lapangan terbu¬ka, di atas tumpukan jerami untuk berdiam. Setelah pulang dari usahanya mengumpulkan dana makanan dan s_lesai makan; ia duduk bersila, badan tegak, sambi I memusatkan perhatiannya ke depan'.
Dengan menyingkirkan keinginan nafsu keduniawian, ia berdiam dal.am pikiran yang bebas dari keinginan nafsu, mem¬bersihan pikirannya dari nafsu-nafsu. Dengan menyingkirkan itikad-jahat, ia berdiam dalam pikiran yang bebas dari itikad¬jahat, degan pikiran bersahabat serta penuh kasih sayang terha¬dap semua mahlllk, semu'a yang hidup, ia membersihkan pikir¬

annya dari itikad-jahat. Dengan menyingkirkan kemalasan dan kelambanan, ia berdiam dalam keadaan bebas dari kemalasan dan kelambanan; dengan memusatkan perhatiannya pacta pe¬nyerapan terhadap cahaya (alckasanni), ia membersihkan pikir¬annya dari kemalasan dan kelambanan. Dengan menyingkirkan kegelisahan dan kekhawatiran, ia berdiam bebas dari keka¬callan; dengan batin tenang, ia membersihkan pikirannya dari keg_lisahan dan kekhawatiran. Dengan menyingkirkan keragu-raguan, ia berdiam mengatasi keragu-raguan; dengan tidak lagi ragu-ragu terhadap apa yang baik, ia membersihkan pikirannya dari keragu-raguan.
Demikianlah selama lima rintangan (panca nivarana) belum disingkirkan, seorang bhikkhu merasakan dirinya seperti orang yang berhutang. Tetapi setelah lima rintangan itu di¬singkirkan, maka seorang bhikkhu merasa dirinya seperti orang yang telah bebas dari hutang.
Apabila ia menyadari bahwa lima rintangan itu telah di¬singkirkan dari dirinya, maka timbullah kegembiraan, karena gembira maka timbullah kegiuran (piti), karena batin tegiur, maka seluruh tubuhnya terasa nyaman, karena tubuh menjadi nyaman, maka ia merasa bahagia, karena bahagia, maka pikir¬annya menjadi terpusat. Kemudian, setelah terpisah dari nafsu, jauh dari kecenderungan-kecenderungan tidak baik, maka ia masuk dan berdiam dalam Jhana I; suatu keadan batin yang tergiur dan bahagia (piti-sukha), yang timbul dari kebebasan, yang masih disertai dengan vi taka (pengarahan pikiran pacta obyek) dan vicara (obyek telah tertangkap oleh pikiran). Seluruh tubuhnya dipenuhi, digenangi, diresapi serta diliputi dengan perasaan tergiur dan bahagia, yang timbul dari kebebasan; dan tidak acta satu bagian pun dari tubuhnya yang tidak diliputi oleh perasaan tergiur dan bahagia itu, yang timbul dari kebebasan (viveka).

_Selanjutnya seorang bhikkhu yang telah rnernbebaskan diri dari vitakka dan vicara, rnernasuki dan berdiarn dalarn Jhana II; . yaitu keadaan batin yang tergiur dan bahagia, yang tirnbul dari ketenangan konsentrasi, tanpa disertai dengan vitaka dan vicara, keadaan batin yang rnernusat. Dernikianlah seluruh tubuhnya I dipenuhi, diresapi serta diliputi dengan perasaan tergiur dan bahagia, yang.tirnbul dari korisentrasi, dan tidak acta satu bagian pun dari tubuhya yang tidak diliputi oleh perasaan tergiur dan . bahagia itu, yang tirnbul dari konsentrasi.
. Selanjutnya seorang bhikkhu yang telah rnernbebaskan diri¬nya dari peJ:asaan tergiur, berdiarn dalarn keadaan seirnbang yang disertai dengan perhatian rnurni dan pengertian jelas. Tubuhnya diliputi dengan perasaan bahagia, yang dikatakan oleh para ariya sebagai 'kebahagiaan yang dirniliki oleh rnereka yang batinnya seirnbang dan penuh perhatian-rnurni; ia rnerna¬suki dan berdiarn dalarn Jhana III. Dernikianlah seluruh tubuh¬nya dipenuhi, digenangi, diresapi serta diliputi dengan perasaan bahagia yang tanpa disertai dengan perasaan tergiur; dan tidak acta satu bagian pun dari tubuhnya yang tidak diliputi oleh pera¬saan bahagia yang tanpa disertai dengan perasaan tergiur itu'.
Selanjutnya dengan rnenyingkirkan perasaan bahagia dan tidak bahagia, dengan rnenghilangkan perasaan-pefasaan senang dan tidak senang yang telah dirasakan sebelurnnya, bhikkhu itu rnernasuki dan berdiarn dalarn Jhana IV, yaitu suatu keadaan yang benar-benar seirnbang, yang rnerniliki perhatian-rnurni (satiparisuddhi) bebas dari perasaan bahagia dan tidak bahagia. Demikianlah ia duduk di sana, rneliputi seluruh tubuhnya dengan perasaan batin yang bersih dan jernih'.
Brahrnana, inilah upacara yang rnenghasilakn pahala dan
rnanfaat lebih besar daripada cara-cara lain.
Dengan pi kiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari nod a, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia rnernpergunakan dan rnenga¬


rahkan pikirannya ke pandangan-terang yang timbul dari penge¬tahuan (nana-dassana). Demikianlan ia mengerti: "Tubuhku ini mempunyai bentuk, terdiri atasempat unsur-pokok (mahabhuta) berasal dari ayah dan ibu, timbul dan berkembang karena pera¬
watan yang terus menerus;, bersifat tidak kekal, dapat menga-¬lami kenisakan, kelapukan, kehancuran, dan kematian; begitu pula halnya dengan kesadaran (vinnana) yang terikat dengan¬nya'.
Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, j_rnih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia menggunakan dan mengarah¬kan pikirannya pada penciptaan 'tubuh-ciptaan batin (mano¬maya-kaya). Dari tubuh iI,"li, ia menciptakan 'tubuh-ciptaan¬batin' melalui pikirannya, yang memiliki bentuk memiliki ang¬gota-anggota dan bagian-bagian tubuh lengkap, tanpa keku¬rangan sesuatu organ apapun' .
Demikian pula dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu menggunakan dan mengarahkan pikirannya pada penciptaan 'wujud-ciptaan-batin'(mano-maya-kaya). Dari tubuh ini, ia mell¬ciptakan 'tubuh-ciptaan-batin' melalui pikirannya; yang memi¬tiki bentuk, memiliki anggota-anggota dan bagian-bagian tubuh lengkap, tanpa kekurangan sesuatu organ apa pun'.
Demikian pula dengan pikiran yang telah terpusat, bersih
jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu menggunakan dan mengarahkan pikirannya pada penciptaan
'wujud-ciptaan-batin'(mano-maya-kaya). Dari tubuh ini, ia men¬ciptakan 'tubuh-ciptaan-batin' melalui pikirannya; yang memi¬liki bentuk, memiliki anggota-anggota dan bagian-bagian tubuh lengkap, tanpa kekurangan sesuatu organ apa pun.'

Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu dari noda, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan; ia menggunakan dan mengarahkan pikirannya pacta bentuk-bentuk iddhi (perbuatan-perbuatan gaib). Ia melakukan iddhi dalam aneka rag am bentuknya; dari satu ia menjadi banyak, atau dari banyak kembali menjadi satu; ia menjadikan dirinya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat; tanpa merasa terhalang, ia berjalan menembusi dinding, ben¬teng atau gunung, seolah-olah berjalan melalui ruang kosong; ia menyelam ia timbul melalui tanah, seolah-olah berjalan di alas tanah, dengan duduk bersila ia melayang-layang di udara. Seperti seekor burung dengan sayapnya; dengan tangan ia dapat menyentuh dan meraba bulan dan matahari yang begitu dahsyat dan perkasa; ia dapat pergi mengunjungi alam-alam dewa brahma dengan membawa tubuh kasarnya.'
Dengan pikirannya yang terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari nod a, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia menggunakan dan mengarahkan pikirannya pacta kemampuan dibbasota (telinga-dewa). Dengan kemampuan dibba-sota yang jernih, yang melebihi telinga manusia, ia mendengar suara-suara manusia dan dewa, yang j auh atau yang dekat' .
Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk digunakan,. teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia menggunakan dan mengarah¬kan pikirannya pad a ceto-pariyanana (pengetahuan untuk mem¬baca pikiran orang lain). Dengan menembus melalui pikirannya sendiri, ia mengetahui pikiran-pikiran makhluk lain, pikiran orang lain. .
Ia mengetahui: Pikiran yang dise_tai nafsu sebagai pikiran yang disertai nafsu, pikirantanpa-nafsu sebagai pikiran tanpa nafsu. Pikiran yang disertai kebencian pikiran tanpa keben¬
ciao ..., pikiran disertai ketidaktahuan , pikiran tanpa ketidak¬

tahuan, pikiran yang teguh, ragu-ragu, berkembang, tidak berkembang, rendah, luhur dan bebas.
Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas nafsu, bebas dari noda, lunak siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia menggunakan dan menganihkan pikirannya pacta pengetahuan tentang pubbenivasanussati (ingatan terhadap kelahiran-kelahiran lampau). Demikianlah ia ingat tentang bermacam-macam kelahirannya yang lampau, seperti: satu ... sepuluh ... stratus ... seribu ... stratus ribu kelahi¬ran, kelahiran-kelahiran pacta banyak masa-menjadinya-bumi (samvatta-kappa), melalui banyak masa kehancuran bumi (vivat¬ta-kappa), melalui banyak masa-menjadi-kehancuran bumi (samvatta-vivatta-kappa). Ia ingat, di suatu temp at demikian, namaku, makananku, keluargaku, suku-bangsaku, aku menga¬lami kebahagiaan dan penderitaan, batas umurku adalah demi-kian. Kemudian, setelah aku berlalu dari keadaan itu, aku lahir kembali di suatu tempat, disana namaku, makananku keluarga¬ku, suku-bangsaku, aku mengalami kebahagiaan dan penderi¬taan, batas umurku adalah demikian. Setelah aku berlalll dari keadaan itu, kemudian aku lahir kernbali di sini'. Demikianlah ia mengingat kembali tentang bermacam-macam kelahirannya di masa lampau, dalam seluruh seluk beluknya, dalam seluruh macamnya' .
Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari n_fsu, bebas dari noda, lunak, 'siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia menggunakan dan mengarah¬kan pikirannya pacta pengetahuan tentang timbul dan lenyapnya makhluk-makhluk (cutupapata-nana). Dengan kemampuap dibba-cakkhu (mata-dewa) yang jernih, yang melebihi mata manusia, ia melihat bagaimana setelah makhluk-makhluk berla¬lu dari satu kehidupan, muncul dalam kehidupan lain; rendah, mulia, indah, jelek, bahagia dan menderita. Ia melihat bagaima¬na makhluk-makhluk itu muncul sesuai dengan perbuatan¬

perbuatannya: 'Makhluk-makhluk ini memiliki perbuatan, ucap¬an dan pikiran yang jahat, penghina para suci, pengikut pan¬dang an-pan dang an keliru, dan melakukan perbuatan menu rut pandangan keliru.
Pacta saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terla¬hir kembali dalam a1am eel aka, alam sengsara, alam neraka. Tetapi, makhluk-makhluk yang lain memiliki perbuatan, ueapan dan pikiran yang baik, bukan penghina para suei, pengikut pandangan-pandangan bellar, dan melakukan perbuatan menurut pandangan benar. Pacta saat kehaneuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga'. Demikianlah, dengan kemampuan dibba eakkhu (mata dew a) yang jernih, yang melebihi illata manusia, ia melihat bagaimana setelah makhluk-makhluk berlalu dari satu kehidupan, muneul dalam kehidupan lain; rendah, mulia, indah, jelek, bahagia dan menderita' .
Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari nod a, lunak, siap untuk digunakan, teguh dan tidak dapat digoneangkan, ia menggunakan dan mengarah¬kan pikirannya pacta pengetahuan tentang penghaneuran noda¬noda batin (asava). Demikianlah, ia mengetahui sebagaimana adanya 'lnilah dukkha', 'lnilah sebab dukkha', 'lnilah akhir dari dukkha' dan 'lnilah Jalan yang menuju pacta lenyapnya dukkha'. la mengetahui s_bagaimana adanya: ' Inilah akhir asava' dan 'lnilah Jalan yang menuju pacta lenyapnya asava'. Dengan mengetahui, melihat demikian, maka pikirannya terbe¬bas dari noda-noda nafsu (kamasava), noda-noda perwujudan (bhavasava), noda-noda ketidaktahuan (avijjasava). Dengan ter¬bebas demikian, maka timbullah pengetahuan ten tang kebebas¬annya, dan ia mengetahui: 'berakhirlah kelahiran kembali, terjalani kehidupan suei, selesailah apa yang harus dikerjakan, tiada lagi kehidupan sesudah ini'.
Brahmana, inilah upacara yang menghasilkan pahala dan manfaat lebih besar daripada cara-cara lain.

28. Setelah Sang Bhagava berkata, BrahmaQa Kutadanta berkata kepada Sang Bhagava: "Gotama, sangat bagus kala-kala yang diungkapkan! bagaikan orang yang menegakkan kembali apa yang telah roboh, memperlihatkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan benar kepada ia yang tersesat alan memberi¬kan cahaya dalam kegelapan agar mereka yang mempunyai mala dapat melihat benda-benda di sekitarnya. Demikian pula dengan berbagai cara Dhamma telah dibabarkan oleh Samana Gotama kep_daku. Sara menyatakan bahwa say a berlindung kepada Samana Gotama, Dhamma dan Sangha. Semoga Samana Gotama menerima sara sebagai upasaka, mulai hari ini sampai
r selama-Iamanya. Sam ana Gotama, sara sendiri akan melepas¬bebaskan tujuh rains pasang sari dan tujuh rains pasang kam¬bing. Sara menyelamatkan hidup mereka. Mereka dapat makan rumput hijau, minum air sejuk dan angin sejuk meliputi mereka. "

29. Kemudian secara berurutan Sang Bhagava membabarkan kepada Kutadanta tentang: dana, perbuatan baik, surga, bahaya dari pemuasan nafsu dan manfaat hidup meninggalkan kehi¬dupan duniawi. Ketika Sang Bhagava mengetahui bahwa Brah¬mana Kutadanta telah siap, lembut, tidak curiga, waspada dan berkeyakinan, rriaka dibabarkannya Dhamma yang ditemukan¬nya yaitti tentang dukkha (penderitaan), asal mula dukkha; lenyapnya dukkha dan Jalan untuk melenyapkan dukkha.
Bagaikan kain bersih, yang nod any a tercuci bersih, siap untuk dicelup; demikian pula Brahmana Kutadanta yang sedang duduk di situ mencapai Mata Kebenaran yang bersih tanpa Dana dan ia mengetahui bahwa 'Segala sesuatu yang mempunyai sebab, pasti akan lenyap'.

30. Selanjutnya Brahmana Kutadanta sebagai seorang yang telah melihat , Kebenaran, menguasainya, mengerti, menyelan kedalamnya, yang telah melampau keragu-raguan dan mele¬nyapkan kegelisahan dan memiliki keyakinan kuat, yang tidak tergantung lagi pacta orang lain karena pengetahuannya pacta ajaran Sang Guru, berkata kepada Sang Bhagava: "Semoga Samana Gotama bersama bhikkhu sanghamemberikan kesem¬patan kepada saya dengan menerima makanan pacta besok hari,"
Sang Bhagava menerima undangan itu dengan bersikap diam, Brahmana Kutadanta setelah melihat Sang Bhagava telah menerimanya, bangkit dari duduk dan meningg_lkan Sang Bhagava dengan berjalan. di sisi kanan beliau. Setelah menje¬lang pagi ia menyediakan makanan mani, keras dan lembut pacta lobang upacara, selanjutnya ia memberitahukan kepada' Sang Bhagava: 'Telah tiba waktunya, makanan telah siap.
Sang Bhagava setelah mengenakan jubah, mengambil jubah loaf (civara) dan palla, bersama dengan para bhikkhu pergi ke lobang upacara Brahmana Kutadanta, Beliau duduk di tempat yang telah disediakan, Brahmana Kutadanta dengan tangannya sendiri melayani bhikkhu sangha yang dikepalai oleh Sang Bhagava, dengan makanan manis, keras dan lembut, hingga mereka menolak untuk menerimanya lagi. Setelah Sang Bhaga¬va selesai makan, membersihkan patta dan tangan-Nya, Braha¬mana Kutadallta duduk di tempat duduk Y,ang rendah di samping Beliau. Setelah ia duduk, Sang Bhagava membabarkan menl¬bangkitkan, mendorong dan mengembinlkan Brahmana Kuta¬danta dengan uraian dhamma; sesudah itu Beliaubangkit dari duduk dan pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar