Selasa, 16 Maret 2010

MAHA NIDANA SUTTA

MAHA NIDANA SUTTA

1. Demikian yang telah kudengar ( Pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam diantara kaum Kuru, di kota Kammassa Dhamma. Kemudian Yang Mulia Ananda datang mendekati Sang Bhagava, Setelah dekat ia menyembah Sang Bhagava dan duduk disampingnya. Dan setelah duduk disampingnya Yang Mulia Ananda berkata kepada Sang Bhagava; “Sungguh luar biasa, Bhante, sungguh mengagumkan, Bhante! Walaupun ajaran Paticca-samuppada ( Hukum sebab musabab Yang Saling Bergantungan ) ini b4egiti dalam Nampaknya, namun kelihatan jelas olehku.
“Jangan berkata begitu, Ananda; jangan berkata begitu, Ananda ! Sungguh dalam ajaran Paticca-samuppada ini, karena tidak dapat menebusnya, sehingga generasi ini menjadi kacau seperti benang kusut, rumput munja dan gelabah; sehingga tidak dapat bebas dari apaya (alam celaka), duggati (alam rendah), vinipata (alam Keruntuhan ) dan samsara ( lingkaran hidup ) “.

2. “Ananda, bila engkau ditanya: “Apakah Usia tua dan kematiankarena satu sebab tertentu?” ,Engkau harus menjawab: “Ya”. Dan tentang pertanyaan : ,Apakah sebab usia tua dan kematian itu dan kematian itu ?”, Engkau harus menjawab :“Ananda, bila engkau ditanya: “Apakah kelahiran kerena suatu sebab tertentu?”, Engkau harus menjawab:” Ya”,Dan tentang pertanyaan:”,Apakah sebab kelahiran itu ? “ Engkau harus menjawab : , Keadaan batin ( bhava ) adalah sebab kelahiran”.
“Ananda bila engkau ditanya : “Apakah keadaan batin karena suatu sebab tertentu ?’, Engkau harus menjawab : “Ya”. Dan teenteng pertanyaan :, Apakah sebab proses-perwujudan itu ?”, engkau harus memjawab: “ Kemelekatan(Upadana )adalah sebab proses-perwujudan”.
“Ananda, bila engkau ditanya:” Apakah kemelekatan karena suatu sebab tertentu ?”Engkau harus menjawab: “Nafsu-keinginan (tanha ) adalah sebab kemelekatan”.
“Ananda, bila engkau ditanya:, Apakah nafsu keinginan karena suatu sebab tertentu? “,Engkau harus menjawab : “Ya”. Dan tentang pertanyaan : “ Apakah sebab Nafsu keinginan itu ?” Engaku harus menjawab :’ Perasaan ( Vedana ) adalah sebab Nafsu- Keinginan”.
“Ananda, bila engkau ditanya:, Apakah perasaan karena suatu sebab tertentu?”, Engkau harus menjawab:”, Ya”. Dan tentang pertanyaan : “Apakah sebab perasan itu?”Engkau harus menjawab: “Kontak (Phassa) adlah sebab perasaan”.
“Ananda, bila engkau ditanya:’ Apakah kontak karena suatu sebab tertentu?”Engkau harus menjawab:” Ya”.Dan tentang pertanyaan: ,Apaakah sebab kontak itu?”,Engkau harus menjawab:’ Batin dan jasmani(Nama-rupa) adalah sebab kontak”.
“Ananda, bila engkau ditanya: “Apakah batin dan Jasmani karena sebab tertentu?”, Engkau harus menjawab: “Ya”.dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab batin dan Jasmani itu ?”,Engkau harus menjawab:” kesadaran (Vinnana)adalah batin dan jasmani”.
3. ”Demikian Ananda, batin dan jasmani adalah sebab kesadaran; kesadaran adalah merupakan sebab batin dan jasmani; batin dan jasmani merupakan sebab kontak; kontak merupakan sebab perasaan; perasaan merupakan sebab nafsu-keinginan; nafsu-keinginan merupakan sebab kemelekatan; kemelekatan merupakan sebab proses-perwujudan; proses-perwujudan merupakan sebab kelahiran; kelahiran, ratap-tangis, sebab usia tua dan kematian; kesedihan , kesedihan,ratap-tangis, kesakitan,duka-cita dan putus-asa. Demikian timbulnya seluruh rangkaian penderitaan ini”.
4. “Aku telah mengatakan bahwa, “Kelahiran adalah sebab usia tua dan kematian”. Dalam cara apa pun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus dimengerti bahwa kelahiran adalah sebab usia tua dan kematian. Seandainya tidak ada macam atau bentuk kelahiran apa pun dan dimanapun, yaitu kelahiran para dewa dengan segala macamnya, gandharva dengan segala macamnya, raksa ( bhuta ) dengan segala macamnya, manusia dengan segala macamnya atauserangga dengan segala macamnya; dan dengan tidak adanya kelahiran macam apa pun juga, karena lenyapnya kelahiran ini, maka dapatlah disana muncul usia-tua dan kematian?”.
,,Tidak Bhante”.
“Karenanya, Ananda, kelahiran itu adalah dasar, asal, alasan dan sebab usia tua dan kematian”.
5. “Aku telah mengatakan bahwa, “Proses-Perwujudan adalah sebab kelahiran”. Dalam cara apapun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus demengerti bahwa proses-perwujudan adalah sebab kelahiran. Seandainya tidak ada macam atau bentuk proes-perwujudan apa pun dan dimana pun, yaitu proses- perwujudan nafsu ( kama-bhava), proses-perwujudan bentuk ( rupa-bhava), dan dengan tidak adanya proses-perwujudan macam apa pun juga, karena lenyapnya proses-perwujudan ini, maka dapatkah disana muncul kelahiran?”. ,, Tidak Bhante”. ,,Karenanya, Ananda,proses-perwujudan itu adalah dasar,asal,alasan dan sebab kelahiran.

6. “Aku telah mengatakan bahwa “Kemelekatan adalah proses-perwujudan”. Dalam cara apa pun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus dimengerti bahwa kemelekatan adalah sebab proses-perwujudan. Seandainya tidak ada macam atau bentuk kemelekatan apa pun dan dimana pun, yaitu kemelekatan terhadap nafsu-nafsu inderia (Kamapadana), kemelekatan terhadap pandangan-pandangan salah ( ditthupadana ), kemelekatan terhadap upacara-upacara (silabbatupdana) dan Kemelekatan terhadap ajaran-ajaran tentang jiwa (attavadupadana); dan dengan tidak adanya kemelekatan ini, maka dapatkah disana muncul proses-proses-perwujudan?”.
,,Tidak bhante”.
,,Karenanya,Ananda, kemelekatan itu adalah dasar, asal, alasan dan sebab proses-perwujudan”.

7. “ Aku telah mengatakan bahwa “ nafsu-keinginan adalah sebab kemelekatan. Seandainya tidak ada macam atau bentuk nafsu-keinginan apa pun dan dimana pun, yaitu nafsu keinginan aakan bentuk-bentuk penglihatan, nafsu-keinginan akan suara-suara, nafsu-keinginan akan bau-bauan, nafsu keinginan akan rasa, nafsu-keinginan akan sentuhan-sentuhan dan nafsu keinginan akan bentuk-bentuk pikiran ( dhamma); dan dengan tidak adanya nafsu-keinginan macam aapa pun juga, karena lenyapnya nafsu-keinginan ini, maka dapatkah disanamuncul kemelekatan?”.
“Tidak, Bhante”.
“Karenanya, Ananda, nafsu-keinginan itu adalahdasar, asal,alasan dan sebab kemelekatan”.

8. “ Aku telah mengatakan bahwa “perasaan adalah sebab nafsu-keinginan” Dalam cara apa pun yan demikian, Ananda, maka hal ittu harus dimengerti bahwa perasaan adalah sebab nafsu-keinginan. Seandainya tidak ada macam atau bentuk perasaan apa pun dan dimana pun, yaitu perasaan-perasaan yang timbul karena kontak melalui mata, telinga, hgidung, lidah, badan jasmani dan pikiran: dan dengan tidak adanya perasaan ini, maka dapatkah di sana muncul nafsu-keinginan?”.
,,Tidak Bhante”.
,,Karenanya, Ananda, perasan itu adalah dasar, asal,alasan dan sebab nafsu-keinginan”.

9. “Demikianlah, Ananda, nafsu-keinginan timbul karena perasaan: pencaharian(pariyesana ) timbul karena nafsu keinginan; keuntungan ( labha ) timbul karena pencaharian: pertimbangan ( vinicchaya ) timbul karena keuntungan: keinginan dan keserakahan ( chandra-raga ) timbul karena pertimbangan; pengikatan (ajjhosana ) timbul karena keinginan dan keserakahan; penguasaan ( pariggaha ) timbul karena pengikatan kekikiran ( macchariya ) timbul karena penguasaan; penjagaan ( arakkha ) timbul karena kekikiran; demikian timbul banyak hal buruk ( papa-dhamma ), seperti; peemukuylan hingga luka, pertengkaran dan balas deendam; fitnah dan kebuhongan karena penjagaan atas harta benda”.

10. “Aku telah mengatakan bahwa “banyak hal buruk, seperti: pemukulan hinga luka, pertengkaran dan balas dendam; fitnah dan kebihongan timbul karena penjagaan atas penjagaan harta benda”. Dalam cara apa pun yang demikian, Ananda makaa hal ini harus dimengerrti bahwa pemukulanhingga luka; perselesihan, pertengkaran dan balas dendam ; fitnah dan kebohongan timbul karena penjagaan atas harta benda. Seandainya tidak ada macam atau bentuk penjagaan apa pun dan di mana pun, dengan tidak adanya penjagaan macam apa pun juga, karena lenyapnya penjagaan atas harta benda, maka dapatkah disana muncul banyak hal yang buruk, seperti: pemukulan hingga luka; perselisihan, pertengkaran dan balas dendam; fitnah dan kebohongan ?’.
,,Tidak bhante”.
,, Karenanya, Anada, penjagaan atas harta benda adaaalah dasar, asal, alasan dan sebab timbulnya banyak hal buruk, seperti: pemukulan hingga luka; perselisihan, pertengkaran dan balas dendam; fitnah dan kebohongan”.

11. “Aku telah mengatakan bahwa “ penjagaan timbul karena kekikiran:. Dalam cara apapun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus dimeengerti bahwa penjagaan timbul karena kekikiran. Seandainya tidak ada maacam atau bentuk kekikiran apa pun dan di mana pun, dan dengan tidak adanya kekikiran macam apa pun juga, karena lenyapnya kekikiran ini, maka dapatlah disana amuncul penjagaan?’.
,, Tidaak Bhaante”.
,, Karenanya, Ananda, kekikiran adalah dasar, asal alasandan sebab timbulnya penjagaan”.

12. “Aku telah mengataakan bahwa “kekikiran timbul karena penguasaan”. Dalam cara apa pun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus dimengerti bahwa kekikiran timbul karena penguasaan, Seandainya tidak ada macam atau bentuk penguasaan apa pun dan dimana pun, dan dengan tidak adanya pengusaan macam apa pun juga, karena lenyapnya penguasaan ini, maka daptkah disana muncul kekikiran ?’.
,,Tidak Bhante”.
,,Kerananya, Ananda, penguasan itu adalah dasar, asal, alasan dan sebab timbulnya kekikiran”.

13. “Aku telah mengatakan bahwa “pengusaan timbul karena pengikatan”. Dalam cara apa pun yang demikian,Ananda maka hal itu harus dimengerti bahwa penguasaan timbul karena pengikatan. Seandainya tidak ada macam atau bentuk pengikatan apa pun dan di mana pun, dan dengan tidak adanya pengikatan macam apa pun juga, karena lenyapnya pengikatan ini, maka dapatkah di sana muncul penguasaan?”.
,,Tidak Bhante “
,,Karenanya, Ananda, pengikatan itu adalah dasar, asal, alasan dan sebab timbulnya penguasaan”.

14. “Aku telah mengatakan bahwa “pengikatan itu timbul karena keinginan dan keserakahan”. Dalam cara apa pun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus demikian, Ananda, maka hal itu harus dimengerti bahwa pengikatan timbul karena keinginan dan keserakahan. Seandainya tidak ada macam atau bentuk keinginan dan keserakahan macam apa pun dan di mana pun, dan dengan tidak adanya keinginan dan keserakahan macam apa pun juga, karena lenyapnya keinginan dan keserakahan ini, maka dapatkah di sana muncul pengikatan ?”.
,,Tidak, Bhante”.
,,Karenanya, Ananda, keinginan dan keserakahan itu adalah dasar, asal, alasan dan sebab timbulnya pengikatan “.

15. “Aku telah mengatakan bahwa “ keinginan dan keserakahan itu timbul karena pertimbangan”. Dengan cara apa pun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus dimengerti bahwa keinginan dan keserakahan itu timbul karena pertimbangan. Seandainya tidak ada macam atau bentuk pertuimbangan apa pun dan di mana pun untuk sesuatu, dan dengan tidak adanya pertimbangan macam apa pun juga, karena lenyapnya pertimbangan ini, maka dapatkah disana muncul keinginan dan keserakahan?”.
,, Tidak Bhaante “.
,, Karenanya, Ananda, pertimbangan itu adalah dasar, asal,alasan dan sebab timbulnya keinginan dan keserakahan”.

16. “Aku telah mengatakan bahwa “pertibangan itu timbul karena keuntungan”. Dalam cara apa pun yang demikian, Anada, maka hal ini harus dimengerti bahwa perrtimbangan itu timbual karena keuntungan. Seandainya tidak ada macam atau bentuk keuntungan apa pun dan di mana pun dan dengan tidak adanya keuntungan macam apa pun juga, karena lenyapny keuntungan ini, maka dapatkah disana muncul pertimbangan?’.
,,Tidak Bhaante”.
,,Karenanya, Ananda, keuntungan itu adalah dasar, asal,alasan dan sebab timbulnya pertimbangan”.

17. “Aku telah mengatakan bahwa “keuntungan timbul karena pencaharian”. Dalam cara apa pun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus dimengerti bahwa keuntungan timbul karena peencaharian. Seandainya tidak ada macam atau bentuk pencaaharian apa pun dan di mana pun, dan dengan tidak adanya pencaharian macam apa pun juga, karena lenyapnyapencaharian ini, maka dapatkah di sana timbul keuntungan ?”.
,, Tidak Bhante”.
,,Karenanya, Ananda, pencaharianny itu adalah dasar, asal, alasan dan sebab timbulnya keuntungan”.

18. “Aku telah mengatakan bahwa pencaharian timbul karena nafsu keinginan”. Dalam cara apa pun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus dimengerti bahwa pencaharian timbul karena nafsu-keinginan. Seandainya tidak ada macam atau bentuk nafsu keinginan aapa pun dan dimana pun, yaitu nafsu-keinginan akan kenikmatan inderia (kama-tanha), nafsu keinginan kelangsungan ( bhava-tanha) dan nafsu-keinginanmacam apa pun juga, karena lenyapnya nafsu-keinginan ini, maka dapatkah di sana muncul pencaharian?”
,,Tidak, Bhante “.
,, Karenanya,Ananda, nafsu-keinginan itu adalah dasar, asal, alasan dan sebab timbulnya pencaharian”.
,,Demikianlah Ananda, dua seginafsu-keinginan; yang dari keadaan dua bergabung menjadi satu karena perasaan”.

19. “Aku telah mengatakan bahwa “Kontak adalah sebab perasan”. Dalam cara apa pun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus dimengerti bahwa kontak adalah sebab perasan. Seandainya tidak ada macam atau bentuk perasan apa pun dan dimana pun, yaitiu kontak-mata, kontak-telinga, kontak hidung, kontak-lidah, kontak badan jasmani dan kontak-pikairan; dan dengan tidak adanya kontak macam apa pun juga karena lenyapnya kontak ini, maka dapatkah di sana muncul perasaan?”.
,,Tidak Banthe “.
,,Karenanya, Ananda, kontak itu adalah dasar, asal, alasaan dan sebab timbulnya perasan”.

20. “Aku telah mengatakan bahwa “batin dan jasmani adlah kontak”. Dalam cara apa pun yang dimikian, jasmani adlah sebab kontak. Anada , terdapatlah bentuk-bentuk, corak-corak, tanda-tanda dan eksponen-ekponen yang disebut “kelompok batin”. Seandainya tidak bentuk-bentuk, corok-corak, tenda-tanda dan eksponen-eksponen yang disebut “kelompok batin’ itu, maka dapatkah disana terdapat suatu perwujidan kontak- ekspresi ( Adhivacana-saaamphassa ) daalam “kelompok jasmani ?’.
,, tidak Bhante “.
,, Ananda, terdapatlah bentuk-bentuk, corak-corak, tanda-tanda dan eksponen-eksponen yang disebut “ kelompok Jasmani. Seandainya tidak ada bentuk-bentuk, corak-corak, tanda-tanda dan eksponen-eksponen yang diesebut “kelompok Jasmani” itu, maka daptlah disana terdapat suatu perwujudan kontak reaksi indria ( patigha-samphassa ) dalam “ kelompok batin ?”.
,, Tidak bhante “.
Ananda, terdapatlah bentuk-bentuk, corak-corak, tamda-tanda dan eksponen-eksponen yang disebut “ kelompok batin, dan kelompok jasmani”. Seandainya tidak ada bentuk-bentuk, corak-corak, tanda-tanda dan eksponen-eksponen yang disebut “kelompok batin dan kelompok jasmani” itu maka dapatlah disana terdapat perwujudan dan kontak-ekpresi atau kontak-reaksi indria ?”.
,,Tidak, Bhante “.
,, Ananda, terdapatlah bentuk-bentuk, corak-corak, tanda-tanda dan eksponen-eksponen yang disebut “kelompok batin” dan “keelompok jasmani”. Seandainya tidak ada bentuk-bentuk, corak-corak, tanda-tanda dan eksponen-eksponen yang disebut batin dan jasmani itu, maka dapatlah disana muncul suatu kontak?”.
,,Tidak, Bhante”.
,, Karenanya, Ananda, batin dan jasmani itu adalah dasar, alasan, asal,dan sebab timbulnya kontak”.

21. “Aku telah mengatakan bahwa, kesadaran adalah sebab batin dan jasmani”. Dalam cara apapun yang demikian, Ananda, maka hal itu harus dimengerti bahwa kesadaran adlah batin dan jasmani. Seandainya tidak ada kesadaran yang masuk ke dalam kandungan seorang ibu, maka dapatlah disana muncul batin dan jasmani?”.
,, Tidak,Bhante”.
,, Seandainya setelah kesadaran masuk kedalam kandungan seorang ibu menjadi lenyap (tidak ada ), maka dapatlah disana muncul batin dan jasmaniyang lahir dalam keadaan seperti sekarang ini?”.
,,Tidak, Bhante”.
,,Seandainya kesadasran dimusnahkan sewaktu masih muda, apakah itu kesadaran pemuda atau pemudi, maka dapatlah disana muncul batin dan jasmani yang dapat menjadi tumbuh, berkembeng dan besar?”.
,, Tidak, Bhante”.
,,Karenanya, Ananda, Kesadaran adalah dasar, asal, alasan dan sebab timbulnya batin dan jasmani”.

22. “Aku telah mengatakan bahwa “batin dan jasmani adalah sebab kesadaran”. Dalam cara apa pun yang demikian itu, Ananda, maka hal ittu harus dimengerti bahwa batin dan jasmani adalah sebab kesadaran. Seandainya kesadaran tidak memperoleh tempat berpijak dalam batin dan jasmani (yang sekarang ), maka dapatlah dalam masa-masa berikutnya terwujudkan kelahiran, uasai tua, kematian dan sebab timbulnya suatu penderitaan?’.
,,Tidak, Bhante”.
,, Karenanya, Ananda, batin dan jasmani itu adalah dasar, asal, alasan dan sebab timbulnya kesadaran”.
,,Ananda, bahwa sejauh terdapat batin dan jasmani, bersama dengan esadaran,maka seseorang dapat dilahirkan, menjadi tua, mati, berlalu atau muncul kembali, Hanya sejauh tyerdapat batin dan jasmani bersama dengan kesadaran, maka terdaapatlah proses ekspresi ( adhivacana-patho ); proses pengetahuan, proses reaksi ( nirutti-patho ); proses-pengungkapan ( pannatti-pattho ); proses pengetahuan; proses kemunculan di antara kondisi-kondisi dunia ini”.

23. “Berkenaan mengenain dengan pernyataan jiwa ( atta ) Ananda, berapa banyak terdapat pernyataan seperti itu ?”. Ananda, terdap[at pernyataan bahwa jiwa mempunyai bentuk dan amat kecil”. Ananda, terdapat pernyataan bahwa jiwa mempunyai bentuk dan tidak terbatas, yang dinyatakan: “Jiwaku mempunyai bentuk dan tidak terbatas”. Ananda, terdapat pernyataan bahwa jiwa tidak mempunyai bentuk dan amat kecil! Ananda, terdapat pernyataan bahwa jiwa tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas, yang dinyatakan: “Jiwaku tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas”.

24. “Ananda, ia yang membuat pernyataan bahwa dalam hidup sekarang jiwa mempunyai bentuk dan amat kecil; atu membuat pernyataan yang lain dari jiwa mempunyai bentuk dan amat kecil, yang dinyatakan: “Jiwaku tidak seperti itu, aku akan membentuk baru menjadi semacam itu”. Demikianlah, Aanda kita telah cukup menyatakan tentang orang yang menganutnya pandangan bahwa jiwa mempunyai bentuk dan amat kecil”.
,,Ananda, ia yang membuat pernyatan bahwa dalam hidup sekarang jiwa mempunyai bentuk dan tidak terbatas; atau membuat pernyataan bahwa dalam hidup berikutnya jiwa mempunyai beentuk dan tidak terbatas; atau membuat pernyatan yang tidak sama dari jiwa mempunyai bentuk dan tidak terbatas; yang dinyatakan :” Jiwaku tidak seperti itu, aku akan membentuk baru menjadi semacam itu”. Demikianlah, Ananda, kita telah cukup menyatakan tentang orang yang menganut pandangan bahwa jiwa mempunyai bentuk dan tidak terbatas”.
,,Ananda, ia yang membuat pernyataan bahwa dalam hidup sekarang jiwa tidak mempunyai bentuk dan aamat kecil; atau membuat pernyataan bahwa daalam hidup berikutnya jiwa tidaklah mempunya bentuk dan amat kecil; atau membuat ppernyataan yang lain dari jiwa tidakempunya bentuk danamat kecil, yang dinyatakan: “Jiwakutidak seperti itu, aku akan membentuk baru menjadi semacam itu”. Demikianlah, Ananda, kita telah cukup menyatakan tentang orang yang menganut pandangan bahwa jiwa tidak mempunyai bentuk dan amat kecil”.
,,Ananda ia yang membuat pernyataan bahwa dalam hidup sekarang jiwa tidak mempunya bentuk dan tidak terbatas; dan atau membuat pernyataan bahwa dalam hidup berikutnya jiwa tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas; atau membuat pernyataan yang lain dari jiwa tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas, yang dinyatakan: “ Jiwaku tidak seperti itu, aku akan membentuk menjadi semaca,m itu”. Demikianlah, Ananda, kita telah cukup menyatakan tentang orang ynag menganut pandangan bahwa jiwa tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas”.
,,Demikianlah, Ananda, pernyataan-pernyataan sebagai jiwa ( atta )”.

25. “Dan dalam berapa banyak acara, Ananda, dimaana tiada pernyataan mengenai jiwa, menahan diri dari pernyataan yang demikian ? Ananda, tiada pernyataan bahwa jiwa mempunyai bentuk dan amat kecil”. Ananda, tiada pernyataabn bahwa jiwa tidak mempunyai bentuk dan amat kecil”. Ananda, tiada pernyataan bahwa jiwa mempunyai bentuk dan tidak terbatas, tidak menyatakan: “Jiwaku mempunyai bentuk dan tidak terbatas”. Ananda, tiada pernyataan bahwa jiwa tidak mempunyai bentuk dan amat kecil, tidak menyatakan: “Jiwaku tidakmempunyai bentuk dan amat kecil”. Ananda, tiada pernyataan bahwa jiwa tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas, tidak menyatakan: “Jiwaku tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas”.

26. “Ananda, ia tidak membuat pertanyaan bahwa dalam hidup sekarang jiwa mempunyai bentuk dan amat kecil; atau tidak membuan pernyatan bahwa dalam hidup berikutnya jiwa mempunyai bentuk dan amat kecil; atau tidak membuat pernyataan yang lain dari jiwa mempunyai bentuk dan amat kecil tidak menyatakan: “Jiwaku tidak seperti itu, aku akan membentuk baru menjadi semacamitu”. Demikianlah, Ananda, kita telah cukup menyatakan tentang orang yang tidak menganut pandanagn bahwa jiwa mempunyai bentuk dan amat kecil”.
,,Ananda, ia yang tidak membuat pernyatan bahwa dalam hidup sekarang jiwa mempunyai bentuk dan tidak terbatas; dan atau tidak membuat pernyataan bahwa dalam hidup berikutnya jiwa mempunya bentuk dan tidak terbatas; atau tidak membuat pernyataan yang lain dari jiwa mempunyai bentuk dan tidak terbatas, tidak menyatakan : “Jiwaku tidak seperti itu, aku akan membentuk baru menjadi semacam itu”.Demikianlah, Ananda, kita telah cukup menyatakan tentang orang yang tidak menganut pandangan bahwa jiwa mempunyai bentuk dan tidak terbatas”.
,,Ananda, ia tidak membuat pernyataan bahwa dalam hidup sekarang jiwa tidak mempunyai bentuk dan amat kecil, atau tidak membuat pernyataan bahwa dalam hidup berikutnya jiwa tidak mempunyai bentuk dan aamat kecil; atau tidak membuat pernyataan yang lain dari jiwa tidak mempunyai bentuk dan amat kecil, tidak menyatakan: “Jiwaku tidak seperti itu, aku akan membentuk baru semacam itu”.demikianlah Ananda, kita telah cukup menyatakan tentang orang yang tidak menganut pandangan bahwa jiwa tidak mempunyaibentuk dan amat keci”.
,,Ananda, ia yang tidak membuat pernyataan bahwadalam hidup sekarang jiwa tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas; atau tidak membuat pernyataan bahwa dalamhidup berikutnya jiwa tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas; atau tidak membuat pernyatan yang lain dari jiwa tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas, tidak menyatakan : “Jiwaku tidak seperti itu, aku akan membentuk baru menjadi semacam itu”. Demikianlah, Ananda, kita tidak cukup menyatakan tentang orang yang tidak menganut pandangan bahwa jiwa tidak mempunyai bentuk dan tidak terbatas”.

,,Demikianlah, Ananda, tiada pernyataan-pernyataan mengenai jiwa”.

27. “Ananda, diupandang dalam beberapa banyak segi jiwa itu? Ananda, jiwa dipandang sebagai perasaan, yang dinyatakan: “jiwaku aadalah perasaan”, atau sebaliknya, yang dinyatakan: “Tidak, jiwaku bukan perasan, jiwaku tidak dapat merasakan” ; demikianlah, Ananda, jiwa dipandang dalam segi-segi ini.
“Tidak, jiwaku bukan perasaan, pun tidak dapat merasakannya jiwaku mempunyai perasaan, jiwaku mempunyai atau memiliki kemampuan untuk merasakan”, demikianlah, Ananda, jiwa dipandang daalam segi-segi ini”.
“Tidak, jiwaku bukan perasaan, pun tidak dapat merasakannya jiwaku mempunyai perasaan, jiwaku mempunyai atau memiliki kemampuan untuk merasakan”. Demikianlah Ananda, jiwa dipandang dalam segi-segi ini”.

28. ”Dalam hal ini, Ananda, ia yang menyatakan: “jiwaku adalah perasaan”, harus dijawab demikian: “Kawanku, ada tiga macam perasan, yaitu perasaan bahagia ( Sukha-vedana) perasaan menyakitkan (dukkha-vedana ), dan perasaan netral ( adukkamasukka-vedana ). Di antara ketiga macam perasaan ini manakah yang kau anggap sebagai jiwa ?”
,,Bilamana engkau merasakan suatu perasaan bahagia, Ananda, engkau tidak merasakan suatu perasan sakit atau netral; enkau hanya merasakan suatu perasaan bahagia. Dan bilamana engkau merasakan suatu perasaan menyakitkan, Ananda engkau tidak merasakan suatu perasaan bahagia atua suatu perasaan netral; engkau hanya merasakan suatu perasaan sakit. Dan bilaman engkau merasakan suatu perasaan netral, Ananda, engkau tidak merasakan suatu perasan bahagia atau perasaan sakit; engkau habnya merasakan suatu perasaan yang netral”.

29. “Ananda, perasaan bahagia adalah tidak kekal atau annica, berkondisi (sankhata), merupakan akibat dari suatu sebab atau sebab-sebab (paticca-samuppanna), dapat lenyap (khaya-dhamma), berakhir ( vaya-dhamma ), berlalu ( Viraga-dhamma ), Ananda, perasaan menyakitkan adalah tidak kekal, berkondisi, berlalu, padam, merupakan sebab akibat darisuatu sebab atau sebab-sebab, dapat lenyap, berakhir, berlalu, padam, Aanda, perasaan netral adalah tidak kekal, berkondisi merupakan akibaat dari suatu sebab-sebab, dapat lenyap berakhir, berlalu,padam”.
,,Apabila sesuatu mengalami suatu perasaan bahagia, seorang berfikir: “inilah jiwaku”, bilamana perasaan bahagia itu padam, ia jugaakan berfikir: “jiwaku telah berakhir”.Apabila dalam mengalami suatu perasaan menyakitkan, seorang berfikir: “Inilah jiwaku”, bilamana perasaan menyakitkan itu padam, ia juga akan berfikir: “Jiwaku telah berfikir”.Apabila dalam mengalami suatu perasaan netrak,seorang berfikir: “Inilah jiwaku”, bilamana perasaan netral itupadam, ia juga akan berfikir: “Jiwaku telah berakhir”.
“ Demikianlah, iayang mengatakan: “jiwaku adalah perasaan, mengangapsuatu yang dalam hidup sekarang ini tidak kekal, campuran perasaan bahagia dan menyakitkan, dapat timbul dan lenyap sebagai jiwanya. Karenanya, Ananda, menyimpulkan bahwa adalah perasaan”, tidak dapat dibenanrkan”.

30. “ Ananda, ia yang mengataakan : tidak, jiwaku bukan perasaan, jiwaku tidak dapat merasakan”, harus dijawab demikian: “Kawaku, bilamana terdapat atau tidak terdapat dan dapat ada perasaan terhadap segala aapapun, dapatkah engkau berkata “Aku?’.
,, Tidak, Bhante”.
,, Karenanya, Ananda, ia yang menyimpulkan bahwa: tidak, jiwaku bukan perasaan, jiwaku tidak dapat merasakan adalah tidak dapat dibenarkan”.

31. ,,Ananda, ia yang menyatakan: ,,Tidak, Jiwaku bukan perasaan, jiwaku tidak dapat merasakan”, p[un bukan tidak dapat merasakan: iwaku memiliki kemampuan untuk merasakan”, harus dijawab demikian:,, Kawanku, seandainya segala macam atau bentuk perasaan padam sama sekali,dan dengan tidak adanya perasaan macam apapun juga, karena lenyapnya perasaan maka dapatlah engkau berkata: “inilah aku?’.
,,Tidak, Bhante”.
,, Karenanya, Ananda, ia yang menyimpalkan bahwaa: tidak, jiwaku perasaan,pun bukan tidak dapat merasakan; jiwaku mempunyai perasaan, jiwaku memiliki kemampuan untuk merasakan”, adalah tidak dapat debenarkan”.

32. ,, Sekarang, Ananda, bilamana seorang bhikkhu tidak menganggap jiwa sebagai perasaan: tidak dapat menganggap jiwa tidak dapat merasakann; tidak mengangap “ Jiwakumempunyai perasaan, jiwaku memiliki kemampuan untuk meraskan”; dan karena tidak memiliki pandaangan-pandangandemikian, maka ia tidak melekat pada segala apapun di dunia; karena tidak melekat, ia menjadi bebas dari kerinduan; karena tidak merindukanm, ia mencapai kedamaian sempurna, Dan ia mengetahui bahwa :,,Kelahiran kembali telah berakhir, kehidupan suci telah terjalani, selesai sudah apa yang harus dikerjakan, tiada lagi kehidupan setelah ini”.
,, Ananda, seandainya seorang menganggap bhikku yang batinnya telah bebas itu percaya bahwa: “Tathagata tetap ada setelah meninggal”, itu adalah mustahil. “Tathagata tidak ada setelah meninggal”, itu adalah mustahis. “Tatahagata ada dan tidak ada setelah meninggal”, itu adalah tidak benar atau mustahil. “Tathagata bukan ada maupun bukan tidak ada setelah meninggal”, itu adalah mustahil. Apakah sebabnya? Karena, Ananda, ekspresi apa pun; sistim-ekspresi apa pun; reaksi apa pun; sistim reaksi apa pun; mengungkapkan apa pun; sistim pengungkapan apa pun; pengetahuan apa pun; lingkup pengetahuan apa pun; lingkaran hidup apa pun; proses lingkaran hidup apa pun; dengan mengatasi semua ini bhikkhu itu menjadi bebas. Tetapi seorang bhikkhu yang telah bebas melalui pandangan terang demikian, “tidak mengetahui,tidak melihat”, itu adalah mustahil”.
33. “ Ananda” terdapat tujuh tingkat kesadaran ( vinnatthiti ) dan dua alam ( Mahluk-mahluk). Apakah tujuh tingkat kesadaran itu? Ananda, terdapat mahluk-mahluk yang berbeda tubuh dan pencerapannya, misal: manusia, dewa-dewa dan beberapa mahluk neraka. Inilah tingkat kesadaran pertama”.
,,Ananda, terdapat mahluk-mahluk yang berbeda tubuhnya, tetapi sama pencerapannya, misalnya: dewa-dewa Brahma yang lahir disana akibat jhana ( tingkat-meditasi) pertama. Inilah tingkat kesadaran ke Dua”.
Ananda terdapat mahluk-mahluk yang sama tubuhnya, tetapi berbeda pencerapannya, misalnya: dewa-dewa Abhassara inilah tingkat kesadaran ketiga.
,,Ananda, terdapat mahluk-mahluk yang sama tubuh dan pencerapan, misal: dewa-dewa Subhakinna. Inilah tingkat kesadaran yang keempat”.
,,Ananda,terdapat mahluk-mahluk, yang setelah mengatasi indria, mengalihkan perhatianya dari bermacam-macam pencerapan, hanya sadar terhadap “ruang tanpa batas”; mereka berdiam dalam “kesadaran ruang tanpa batas”.Inilah tingkat kesadaran kelima “.
,,Ananda, terdapat mahluk-mahluk, yang setelah mengatasi seluruh alam kesadaran ruang tanpa batas, hanya sadar terhadap “tiada sesuatu pun”; mereka berdiam dalam kesadaran tanpa batas. Inilah tingkatv kesadaran “.
,,Alam mahluk-mahluk tanpa pencerapan (Asannasatta ), dan alam mahluk-mahluk yang bukan tanpa pencerapan maupun bukan tidak tanpa pencerapan, sebagai yang kedua”.

34. ,,Ananda, seseorang yang mengetahui tentang tingkat kesadaran pertama dari mahluk-mahluk dari mahluk-mahluk yang berbeda tubuh dan pencerapannya, misal: manusia, dewa-dewa tertentu dan beberapa mahluk neraka; mengetahui sebagai bagaimana timbulnya, mengetahui bagaimana lenyapnya, mengetahui kesenangan-kesenangan, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraannya serta mengetahui cara untuk membebaskan dirinya; maka Ananda, apakah kau fikir pantas untuk bergembira dengan hal itu?”.
,,Tidak Bhante”.
,,Ananda, seseorang yang mengetahui tentang tingkat kesadaran kedua dari mahluk-mahluk yang berbeda tubuhnya tetapi sama pencerapannya, misal ; dewa-dewa brahma yang terlahir di sana akibat jhana ( tingkat-medetasi ) pertama; mengetahui bagaimanatimbul, mengetahui bagaimana leyapnya, mengetahui kesenangan-kesenangan, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraannya serta mengetahui cara untuk bebas darinya; maka, Ananda, apakah kau fikir pantas baginya untuk bergembira dengan hal itu ?”.
,,Tidak bhante”.
,,Ananda, seseorang yang mengetahui tentang tingkat kesadaran kedua dari mahluk-mahluk yang berbeda tubuhnya tetapi sama pencerapannya, misal; dewa-dewa Brahma yang terlahir di sana akibat jhana ( tingkat meditasi ) pertama; mengetahui bagaimana timbulnya, mengetahui bagaimana lenyapnya,mengetahui kesenangan-kesenangannya, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraannya serta mengetahui cara untuk bebas darinya; maka, Ananda apakah, aku fikir pantas baginya untuk bergembira dengan hal itu ?”.
,,Tidak Bhante”.
,,Ananda, seseorang yang mengetahui tentang tingkat kesadaran tiga dari mahluk-mahluk yang berbeda tubuhnya tetapi sama pencerapannya, msal: dewa-dewa Abhassara; mengetahui bagaimana timbulnya, menegetahui bagaimana lenyapnya, mengetahui kesenangan-kesenangannya, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraannya serta mengetahui cara untuk bebas darinya; maka,Ananda, apakah kau fikir pantas baginya untuk bergembira dengan hal itu ?”.
,, Tidak Bhante “.
,,Ananda, seseorang yang mengetahui tingkat kesadarannya yang keempat dari mahluk-mahluk yang sama tubuh dan pencerapannya, misal: dewa-dewa Subhakinna; mengetahui bagaimana timbulnya, mengetahui bagaimana lenyapnya, mengetahui kesenangan-kesenangannya, mengetahui kesengsaraan- kesengsaraan serta mengetahui cara bebas darinya; maka Ananda, apakah kau fikir pantas baginya untuk bergembira dengan hal itu ?”.
,,Tidak, Bhaante”.
,,Ananda, seseorang yang mengetahui tentang tingkat kesadaran kelima dari mahluk-mahluk yang setelah mengatasi reaksi indria, mengalihkan perhatiannya dari bermacam-macam penerapan, hanya sadar terhadap “ruang tanpa batas”.mereka berdiam dalam kesadaran ruang tanpa batas; mengetahui kesenangan-kesenangannya, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraan serta mengetahui cara untuk bebas darnya;mengetahui kesenangan-kesenangannya, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraan serta mengetahui cara untuk bebas darinya;maka, Ananda, apakah kau fikir panas baginya untuk bergembira dengan hal itu?’.
,,tidak,Bhante”.
,,Ananda, seorang yang mengetahui tentang tingkat kesadaran de-alam dari mahluk-mahluk yang setelah mengatasi seluruh alam kesadaran ruang tanta batas”. Mereka berdiam dalam kesadaran tanpa batas; mengetahui kesenangan-kesenangannya, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraannya serta mengetahui cara untuk bebas darinya; maka, Ananda, apakah kau fikir pantas baginya untuk bergembira dengan hal itu?”.
,,Tidak,Bhante”.
,,Ananda, seseorang yang mengetahui tentang tingkat kesadaran ketujuh dari mahluk-mahluk yang setelah mengatasi seluruh alam kesadaran tanpa batas, hanya sadar terhadap “tiada sesuatu apa pun”, mereka berdiam dalam alam kesadaran kekosongan; mengetahui bagaimana timbulnya, mengetahui bagaimana lenyapnya, mengetahui kesenangan-kesenangannya, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraannya serta mengetahui cara untuk bebas darinya; maka, Ananda, apakah kau pikir pantas baginya untuk bergembira dengan hal itu?’.
,,Tidak.Bhante”.
,,Ananda, sesorang yang mengetahui tentang alam mahluk-mahluk tanpa pencerapan; mengetahui bagaimana timbulnya, mengetahui bagaimana lenyapnya, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraannya serta mengetahui cara untuk bebas darinya; maka, Ananda, apakah kau pikir pantas baginya untuk bergembira dengan hal itu?’.
,,Tidak,Bhante”.
,,Ananda, seseorang yang mengetahui tentang alam mahluk-mahluk bukan tanpa pencerapan maupun bukan tanpa pencerapan mengetahui bagaimana timbulnya, mengetahui bagaimana lenyapnya, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraannya, serta mengetahui cara untuk bebas darinya; maka, Ananda, apakah kau pikir pantas baginya untuk bergembira dengan hal itu?’.
,,Tidak,Bhante”.
,,Tetapi, Ananda, apabila seorang bhikkhu telah mengetahui kesenangan-kesenangannya, mengetahuii bagaimana timbulnya, mengetahui bagaimana lenyapnya, mengetahui kesengsaraan-kesengsaraannya serta mengetahui cara untuk bebas dari tujuh tingkat kesadaran dan dua alam (mahluk-mahluk) ini sebagaimana mereka adanya; setelah mengusir kemelekatan, menjadi bebas; maka, Ananda, bhikkhu itu desebut “Bebas melalui kebijaksanaan” (panna-vimutto)”.

35. ,,Ananda, terdapat delapan tingkat kebebasan (Vimokkha). Apakah kedelapan tingkat itu ?
,,Dengan memiliki (obyak ) bentuk luar, ia melihat bentuk-bentuk (ini). Ini;lah tingkat kebebasan pertama”.
,,Tidak memiliki (obyak) bentuk luar, ia melihat bentuk-bentuk dalam. Inilah tingkat kebebasan kedua”.
,,Indah” dengan pikiran ini ia menjadi teguh, Inilah tingkat kebebasan ketiga”.
,,Dengan mengatasi semua pencerapan-bentuk, semua pencerapan , reaksi-indria padam, tidak memperhatikan bermacam-macam pencerapan; sadar terhadap “ruang tanpa batas”, ia memasuki dan berdiam dalam alam ruang tanpa batas, inilah tingkat kebebasan ke-empat”.
,,Dengan mengatasi seluruh alam ruang tanpa batas, sadar terhadap “kesadaran tanpa batas”, ia memasuki dan berdiam dalam alam kesadaran tanpa batas. Inilah tingkat kebebasan kelima”.
,,Dengan mengatasi seluruh alam kesadaran tanpa batas, sadar terhadap “tiada sesuatu apa pun”, ia memasuki dan berdiam diri dalam alam kekosongan. Inilah tingkat kebebasan ke-enam”.
,,Dengan mengatasi seluruh alam kekosongan, ia memasuki dan berdiam dalam aalam “bukan tanpa pencerapan maupun bukan tidak tanpa pencerapan”. Inilah tingkat kebebasan ke-tujuh”.
,,Dengan mengatasi seluruh alam bukan tanpa pencerapan maupun bukan tanpa pencerapan, ia memasuki dan berdiam dalam suatu keadaan yang bebas dari pencerapan dan perasaan. Inilah tingkat kebebasan kedelapan”.
,,Ananda, inilah delapan tingkat kebebasan itu”.

36. ,,Ananda, apabila seorang bhikkhu telah mengusai delapan tingkat kebebasan ini dalam urutan maju kedepan, mengusainya dalam urutan kebalikan, mengusai dalam urutan maju ke depan dan dalam urutan kebalikan; sehingga kapan saja, di mana saja, dan selama ia menghendakinya, ia dapat masuk atau keluar dari salah satu di antaranya; juga, setelah melenyapkan asava-asava, ia memasuki dan berdiamm dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan, yang dalam hidup sekarang ini ia ketahui dan sadari melalui usahanya sendiri: maka, Ananda, bhikkhu itu disebut “bebas dalam dua cara”.(ubhato-bhaga-vimutto)”.
,,Ananda, tidak ada “kebebasan dalam dua cara” lain yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada “Kebebasan dalam dua cara “ ini”.
,,Demikianlah sabda Sang Bhagava; dan yang mulia Ananda menjadi gembira hatinya dengan kata-kata Sang bhagava”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar