Selasa, 16 Maret 2010

MAHA GOVINDA SUTTA

MAHA GOVINDA SUTTA

1. Demikianlah telah saya dengar,

Pada suatu ketika Sang Bhagava 1) berada di bukit Gijjha kuta di Rajagaha. Dan pada suatu hari, ketika malam semakin larut, Pancasikha Gandhabbaputto 2) yang perkasa menyinari seluruh Gijjhakuta, datang menemui Sang Bhagava : “Bhante,ada hal yang telah saya dan dengarsendiri dari para dewa Tavatimsa, dan saya akan menceritakannya kepada Sang Bhagava.” “Ceritakanlah kepada-Ku, Pancasikha,” jawab Sang Bhagava.

2. “Bhante, pada waktu yang lampau, setelah berselang masa yang lama, pada malam yang kelimabelas di bulan purnama sempurna, di hari Uposatha 3),di hari Pavarana 4), para dewa Tavatimsa 5) berkumpul dan duduk di gedung pwertemuan Sudhamma. Dan mereka pun disertai oleh makhluk-makhluk surga yang telah duduk, dan diempat penjuru didiami oleh empat Maharaja. Di sebelah timur, Raja Dhatarattho dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke barat. Di sebelah selatan, Raja Virulhaka dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke utara. Di sebelah barat, Raja Virupakkha dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke timur. Di sebelah utara, Raja Vessavana dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap de selatan. Bhante, ketika para dewa Tavatimsa telah berkumpul di gedung pertemuan Sudhamma, dengan dikelilingi oleh semua makhluk surga lainnya yang telah duduk pula, dan diempat penjuru empat Maharaja telah duduk sesuai urutan susunan kedudukan mereka masing-masing. Selanjutnya, berulah urutan tempat duduk. “Bhante, para dewa yang baru saja lahir di alam dewa Tavatimsa, yang terlahir di situ karena telah hidup sesuai dengan penghidupan- suci 6), yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagava, maka cahaya tubuh mereka melampaui cahaya tubuh dewa lainnya. Kemudian terdengar kata-kata dari para dewa Tavatimsa yang sedang diliputi kegembiraan, kegiuran dan kesenangan : “O,cahaya tubuh makhluk surga bertambah gemilang, sedangkan cahaya tumbuh para asuara 7) memudar !

3. Bhaante, ketika raja dewe Sakka melihat kepuasan yang diperlihatkan oleh para dewa Tavartimsa, ia menyatakan kata-kata simpatinya sebagai berikut :”Para dewa pengusaha Surga Tavatimsa, semuanya gembira, semuanya menghormat Sang Tathagata.) dan Dhamma-kebenaran. Di Sini mereka para dewa yang baru lahir, indah dan bercahaya, kerena mereka telah melaksanakan penghidupan-suci yang dibabarkan oleh sang Sugata 1), datang kemari dengan penuh kemegahan melampaui kegemilangan para dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka para Tavatimsa dan pengusaannya bergembira. Semua menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-kebenaran.”

4. Bhante,berdasarkan hal ini, para dewa Tavatimsa bertambah gembira, sengang dan penuh kegiuran, berkata : “Cahaya tubuh makhluk surga bertambah gemilang, sedangkan tubuh para Asura memudar!” Bhaante, ketika raja dewa Sakka menyaksikan kepuasan para dewaTavatimsa ia bertanya kepada mereka : “Apakah kamu mau mendengarkan delapan fakta kebenaran 2) dari Sanafg Bhagava yang terpuji ?” “Kami mau mendengar hal-hal itu.” Bhante, kemudian raja dewa Sakha memberitahukan kepada para dewa Tavatimsa tentang delapan Fakta-kebenaran dari Sang Bhagava yang terpuji?” “kami mau mendengar hal-hal itu.” Bhante, kemudian raja dewa sakka memberitahukan kepada para dewa Tavitimsa tentang delapan fakta-kebenaran dari sang Bhagava yang terpuji.

5. “O, para dewa Tavatimsa, bagaimanakah pendapat kamu ? begitu lama Sang Bhagava telah melakukan banyak perbuatan kesejahteraan orang banyak, karena kasih sayangnya kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Ketika tidak akan dapat menemukan guru seperti Sang Bhagava atau semacam dia, walaupun kita mencari dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang.

6. Demikian pula dengan Dhamma, telah sempurna dibabarkan oleh san Bhagava, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntuk kedalam batin, dan dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing. Selain Bhagava, maka kita tidak akan dapat menemukan pengajar Dhamma kebenaran yang membimbing kita itu atau guru semacam dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang.

7. Ini baik, itu buruk, hal ini telah dibabarkan dengan jelas oleh Sang Bhagava. Beliau telah membabarkan dengan jelas tentang; “ini salah, itu benar, itu perlu dituruti, itu dihindari, ini kasar, ini halus, inio kebahagiaan yang meragukan”. “Sselain Sang Bhagava, maka kita tidak akan dapat menemukan pembabar Dhamma, Guru semacam Dia, walaupun kita mencari dimasa yang lampau maupundi masa yang akan datang.

8. Sang Bhagava telah membabarkan dengan sempurna jalan ke Nibbana 1) kepada para siswa-siswa-nya 20 dan merekamengikuti jalan dan mencapai Nibbana. Bagaikan air sungai Gangga dan Yamuna yang mengalir bersama-sama dan bersatu, demikian pula dengan jalan yang menuju Nibbana yang telah dibabarkan dengan sempurna, yaitu dilaksanakan bersama-sama dan menjadi sati. Selain Sang Bhagava, maka kita akan menemukan pembabar jalan ke Nibbana seperti dia, walau pun kita mencari di masa lampau maupun di masa yang akan datang.

9. Sang Bhagava telah menerima siswa-siswa, dan mereka telah mengikuti jalan, dan para arahat yang telah hidup dengan memanfaatkan kehidupan, Beliau tidak berpisah dengan mereka, karena tetap bersama dengan mereka dalam batin yang bersatu. Selain Sang Bhagava, maka kita tidak akan menemukan guru yang seperti Dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau, maupun di masa yang akan datang.

10. Telah sempurna apa yang didapat Sang Bhagava, kemasyurannya telah tesebar, demikian pula menurut pendapatku banyak kesatria yang berkecendrungan baik kepada beliau. Namun demikian, Sang Bhagava tidakterpengaruh sedikitpun dengan segala pujian. Selain Sang Bhagava, maka kita tidak akan menemukan Guru yang tidak terpengaruh seperti Dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.

11. Perbuatan Sang Bhagava adalah sesuai dengan perbuatannya, ucapannya adalah sesuai dengan perbuatannya selain Sang Bhagava, maka kita tidak akan menemukan orang yang melaksanakan Dhamma dari yang mudah sampai sulit sekali dengan konsekwen seperti Dia atau Guru semacam Dia, walaupu kita mencari di masa yang lampau, maupun di masa yang akan datang.

12. Sang Bhagava telah menyebrangi lautan keragu-raguan, demikian pula semua yang perlu diketahui telah diketahui, segala sesuatuyang perlu dikerjakan telah diselesaikan dengan sempurna berdasarkan tekadnya yang teguh dan penghidupan sucinya. Selain Sang Bhagava, maka kita tidak akan menemukan Guru yang telah mencapai Pencapaian seperti Dia atau Guru semacam Dia, walaupun kita mencari di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang. Bhante, kedelapan fakta-kebenaran Sang Bhagava yang terpuji ini, telah dikatakan oleh Raja Dewa Sakka kepada para dewa Tavatimsa. Setelah mendengar hal ini, para dewa Tavatimsa bertambah gembira, senang penuh kegiuran dan bahagia.

13. Bhante, kemudian para dewa tertentu berkata: “O, Adaikata ada Empat Samma Sambuddha muncul di dunia dan mengajarkan Dhamma seperti Sang Bhagava, Mereka akan menyebabkan kesejahteraan orang banyak, kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayang kepada dunia, untuk kemaj7uan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia.” “Dan para dewa tertentu lain berkata: “Cukup, apabila ada tiga Samma Sambuddha yang muncul di dunia.” “Dan para dewa tertentu lain berkata : “Cukup, apabila ada Samma Sambuddha dua yang muncul di dunia dan mengajarkan Dhamma seperti Sang Bhagava . Mereka akan menyebabkan kebahagiaan orang banyak, kesejahteraan orang banyak, demi kasih sayang kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia.”

14. Kemudian Raja Dewa Sakka berkata kepada para dewa Tavatimsa : “Kawan-kawan, tidak akan pernah dan tidak mungkin dalam satu tata surya 1) ada dua arahat samma sambuddha muncul bersama-sama, hal ini tidak pernah ada di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang. Hal ini tidak akan pernah terjadi. O, Kawan-kawan, namun, bila Sang Bhagava dapat hidup umur panjang, bebas dari penyakit dan kesakitan, hal ini yang dapat menyebabkan kesejahteraan orang banyak, kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayangnya kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa manusia.” “Bhante, setelah para dewa Tavatimsa selesai merundingkan dan membicarakan bersama-sama pokok persoalan sehinga mereka berkumpul dan duduk di gedung pertemuan Sudhamma, dan berkenaan dengan maksud di gedung pertemuan Sudhamma, dan berkenaan dengan maksud tertentu, maka keempat Maharaja menerima pembicaraan tersebut, dan dengan berdiri dari tempat duduk, keempat Maharaja menerima nasehat. “Kata-kata pemberitahuan dan nasehat diterima oleh para raja tersebut di situ, dengan pikiran mereka yang terpusat dan tenang mereka berdiri di tempatnya masing-masing.”

15. Bhate, kemudian, suatu cahaya gemilang memancar darisebelah utara. Suatu cahaya gemilang yang mellampaui kemegahanpara dewa. Lalu, Raja Dewa Sakka berkata pada dewa Tavatimsa: “Kawan-kawan, sesuai dengan tanda-tanda yang nampak, sesuai dengan cahaya sinar, sesuai dengan kegemilangan yang kelihatan, itu menandakan dewa Brahma akan tiba. Karena ini adalah tanda-tanda pendahuluan akan tiba Dewa Brahma, yaitu munculnya sinar dan terlihatnya cahaya gemilan.”
“Sekarang tanda-tanda terlihat maka Dewa Brahma akan tiba. Karena ini adalah tanda-tanda pendahuluan dari kedatangan Dewa Brah ma yaitukemegahan yang gemilang sekali.” “Bhante, kemudian,para dewa Tavatimsa dengan duduk di tempat mereka masing-masing berkata: “Kami akan dapat memastikan aapa yang menyebabkan sinar ini, bila kami telah membuktikannya, maka kami akan pergi menemuinya.” Keempat Maharajapun dengan duduk di tempat mereka, menyatakan hal yang sama. Ketika mereka telah mendengar hal ini. Para dewa Tavatimsa semuanya setuju: “Kamiakan dapat memastikan apa yang menyebabkan sinar ini, bila kami telah membuktikannya, maka kami akan pergi menemuinya.”

16. Bhante, ketika dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan dewa Tavatimsa, ia nampak dengan tubuh yang agak keras sesuai dengan apa yang agak keras sesuai dengan apa yang diciptakannya. Karena biasanya, dewa Brahma nampak tidak cukup bermateri bila dilihat oleh para dewa Tavitimsa. Ketika dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan para dewa Tavatimsa cahaya dan kemegahannya melampaui cahaya dan kemegahan dari dewa lainnya. Bagaikan patung yang dibuat dari dewa lainnya. Bagaikan patung yang dibuat dari emas yang melampaui warna tumbuh manusia,demikian pula, ketika dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan para dewa Tavatimsa, cahayanya melampaui cahaya para dewa Tavatimsa. “Bhante, dan ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan para dewa Tavatimsa, tidak ada di antara semua yang hadir menghormat, berdiri dari duduk, atau mempersilahkan dia duduk. Mereka semua duduk dengan diam, dengan kedu tangan dirangkap beranjali, duduk bersila, dan berpikir : “Bila mana Dewa Brahma Sanamkumara ingin sesuatu, maka ia akan duduk di tempat-duduk dewa 1). Dan tempat duduk dewa manapun yang didudukinya, maka dewa pemilik tempat duduk tersebut akan merasa senang sekali, bagaikan seorang kesatria yang baru-baru dimahkotai dan dinobatkan, ia merasa bangga dan senang sekali.”

17. bhante, kemudian, setelah Dewa Brahma Sanamkumara mengetahui betapa senangnya para dewa Tavatimsa tersebut, maka ia menyatakan rasa senangnya dengan syair ini : “Para dewa dan penguasa Tavitimsa semuanya gembira, semuanya menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-kebenaran. Dio sini mereka melihat para dewa yang baru lahir, indah dan bercahaya, karena mereka telah melakukan penghidupan-suci yang diajarkan Sang Sugata. Mereka sebagai sisiwa yang telah merealisasa-kebenaran datang kemari, dengan penuh kemegahan malampaui kegemilangan dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka para dewa Tavatimsa dan penguasanya bergembira Semuanya menghormat San Tathagata dan Dhamma-kebenaran.:”

18. Inilah yang dikatakan oleh Dewa Brahma Sanamkumara. Ia menyatakan syair itu dengan delapan macam sifatSuara 1) suaranya lancar, jelas, merdu, nyaring, mengalun, dapat dimengerti, dalam dan bergetar2). Bhante, ketika Dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada para dewa yang hadir, suaranya tidak dapat didengar di luar gedung pertemuan tersebut. Dia yang memiliki suara dengan delapan sifat tersebut dinyatakanmemiliki suara brahma 3).
19. Bhante, kemudian para dewa Tavatimsa berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara: “Obrahma Baik sekali! Kami gembira dengan apa yang kami saksikan ini. Lagi pula, Raja Dewa Sakka telah memberitahukan kepada kami delapan fakta-kebenaran dari Sang Bhagava, dan kami telah memperhatikan pula hal-hal itu, dan kami bergembira pula dengannya.” “Bhante, lalu Dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada Raja Dewa Sakka sebagai berikut : “O, Raja Dewa Sakka, Baik sekali. Kami juga mau mendengarkan delapan fakta-kebenaran dari Sang Bhagavayang terpuji.” “O.Maha Brahma, baiklah, jawab Sakka.
20. Dan selanjutnya ia mulai. “Maha Brahma, bagaimana pendapatmu?” (ia mengucapkan delapan fakta-kebenaran yang terpuji dari Sang Bhagava 21 sampaui dengan 27 ) Bhante, setelah mendengar hal tersebut, Dewa Brahma Sanamkumara merasa senang, gembira, penuh kegiuran dan bahagia.
21. Bharte, demikianlah, Dewa Brahma Sanamkumara menciptakan dirinya dengan tubuh yang agak keras sehingga nampak seperti pemuda Pancasikha, dan dengan bentuk seperti itu ia muncul di depan para dewa Tavatimsa. Dengan melayang ke angkasa, ia duduk bersila di angkasa. Bhante, bagaikan seorang yang gagah perkasa yang duduk bersila di atas tempat yang rata atau tempat duduk di tanah yang datar, demikian pula dengan Dewa Brahma Sanamkumara melayang ke angkasa dan duduk bersila di angkasa. Dan ia berkata kepada para dewa Tavatimsa :
22. “O, para dewa Tavatimsa, bagaimanakah pendapat kamu ? sudah berapa lamakah Sang Bhagava memiliki Mahapanna 1)?” Tersebutlah, pada suatu ketika ada seorang raja yang bernama Disampati, dan menteri dari raja Disampaikan adalah seorang brahmana bernama Govinda. Putara raja Disampati bernama Pangeran Ranu, dan putra dari Menteri Govana bernama Jotipala. Pangeran Ranu, Jotipala dan enam pemuda kesatria lainnya, jadi delapan pemuda yang bersahabat. Demikianlah beberapa waktu kemudian Brahmna Givnda meninggal. Karena berduka cita atas kematiannya, maka Raja Disapaikan berkata : “O, baru saja kami mempercayakan semua tugas-tugas kami kepada Brahmana Govinda, dan selagi kami memuaskan inderia-inderia kami, Govinda meninggal !” Lalu Pangeran Ranu berkata kepada raja : “Baginda, janganlah bersedih, begitu bagi Brahmana Govinda. Govinda mempunyai seorang putra bernama Jotipala yang lebih bijaksana dari pada ayahnya, lebih baik. Lihatlah, apa yang lebih menguntungkan dari pada ayahnya. Biarkanlah Jotipala melaksanakan semua tugas yang dipercayakan kepada ayahnya.” “Kau berpendapat demikian, Nak?’ “Ya,Baginda.”
23. Lalu Raja Disampati memanggil seorang pengawal dan bersabda : “Kemarilah saudara, temuilah Jotipala dan katakan kepadanya: Semoga keberuntungan selalu bersama Jotipala ! Raja Disampati memanggil anda, Jotipala ! Raja Disampati mau bertemu dengan anda, Jotipala !” “Baiklah, Baginda, jawab pengawal tersebut, lalu pergi menemui Jotipala dan menyampaikan pesanan tersebut. “Baik saudara,” jawab Jotipala, dan pergi menghadap raja. Ketika ia tiba di hadapan raja, ia menghormat kepada raja dan menyapa dengan sopan, lalu duduk di disamping. Kemudian Raja Disampati bersabda : “Kami mau Jotipala membantu kami. Harap Jotipala tidak menolak untuk melaksanakannya. Saya akan menempatkan Jotipala pada kedudukan ayahmu dan mengangkat menjadi prngurus 2). “Baiklah, Baginda,” jawab Jotipala menyetujui.
24. Demikian Raja Disampati mengangkat Jotipala menjadi menteri, dan menempatkannya pada kedudukan ayahnya. Setelah diangkat dan ditempatkan, maka tugas apa saja yang dikerjakan oleh ayahnya, semuanya itu dilaksanakan oleh Jotipala, tetapi tugas apa saja yang tidak dikerjakannya. Dan pekerjaan apa saja yang telah diurus oleh ayahnya, demikian pula yang di urus oleh Jotipala, dan bukan yang lain. Karena hal inilah Jotipala dipanggil” “Maha Govinda.”
25. Setelah berselang beberapa waktu, maka Govinda menemui keenam kesatria kawannya dan berkata kepada mereka : “Raja Disampaikan telah tua dan berusia lanjut, masa kehidupannya akan segera berpikir. Siapakah yang dapat mempertahankan kehidupan ? Bila mana Raja meninggal, maka pantaslah bagi penobatan-raja 1) menobatkan pangeran Ranu menjadi raja. Saudara-saudara, saya sarankan supaya kamu menemui pangeran Ranu dan katakan kepadanya : “Kami disayangi, dicintai, dan bersahabat-karib dengan junjungan kami pangeran Ranu, kami berbahagia bila junjungan kami bahagia, kami tidak bahagia bila beliau tidak bahagia. Raja Disampati jujungan kami telah tua, berusia lanjut dan masa kehidupannya akan segera berakhir. Siapakah yang dapat mempertahankan kehidupan ? Bila raja meninhgal, maka pantas bagi penobat-raja menobatkan jujungan kami pangeran Ranu menjadi raja. Bila junjungan kami pangeran Ranu mendapat anugrah, semoga kami mendapat bagian dari anugerah tersebut pula.”
26. “Baiklah,” jawab keenam kesatria, lalu mereka pergi menemui pangeran Ranu, dan menyampaikan pesan tersebut. “Kawan-kawan, mengapa? Siapakah di samping saya yang akan jaya di kerajaan ini bila bukan kamu ? Bila saya mendapat kekuasaan pada kerajaan, saya akan membagikan kepada kamu.”
27. Setelah beberapa waktu berselang, Raja Disampati meninggal. Setelah beliau meninggal, penobat-raja menobatkan pangeran Ranu menjadi Raja. Setelah ia menjadi raja, ia tenggelam dalam pemuasan nafsu inderianya. Kemudian Maha Govinda menemui keenam kesatri kawannya dan berkata : “Kawan-kawan, Raja Disampati telah meninggal, danjunjungan Raja Ranu tenggelam dalam pemuasan nafsu inderianya. Kawan-kawan, siapakah yang dapat menjawab ? Pemuasan inderia adalah sangat memikat. Saya sarankan kamu menemui raja Ranu, dan katakan kepadanya : “Raja Disamparti telah meninggal, junjunganku Pangeran Ranu telah dinobatkan menjadi raja. Apakah jujunganku, ingat janjinya?” “Baiklah, kawan” jawab keenam kesatria, dan pergi menemui raja Ranu dan berkata : “Raja Disampati telah meninggal, dan junjungan kami Pangerang Ranu telah dinobatkan menjadi raja. Apakah junjungan kami ingat janjinya?” “Kawan-kawan, saya ingat janjiku. Siapakan diantara kamu yang dapat membagi dengan baik kerajaan yang maha luas ini, yang luas di utara dan berbentuk mulut kereta 1) di selatan, menjadi tujuh bagian yang sama?” “Baginda, siapakah yang dapat melakukannya kalau bukan Brahmana Maha Govifda?”.
28. Maka Raja Ranu menyuruh seseorang memanggil Maha Govinda dengan bersabda: “Saudara yang baik, ke mari. Pergi temui Maha Govinda dan katakan kepadanya : “Raja memanggilmu.” “Maha Govinda diberitahu, menyetujuinya, dan datang menghadap raja, setelah memberi hormat dan saling menyapa dengan hormat, ia duduk disamping. Kemudian raja bersabda kepadanya : “Maha Govinda, dapatkah kamu pergi membagi tanah kerajaan yang maha luas ini, yang luas di utara, dan berbentuk mulut kereta di selatan menjadi tujuh bagian yang sama?” “Baiklah, Baginda”, jawab Maha Govcinda. Dan ia melakukannya.”


29. Dan hasilnya kerajaan dari raja Ranu terletak dibagian tengah, seperti yang dikatakan :
Dantapura bagi Kalingga, Potana bagi Assaka.
Mahissati bagi Avanti, Roruka bagi Sovira.
Mithila bagi Videha, Campa bagi Anga.
Akhirnya Benares dalam kerajaan Kasi : semua ini telah dibagi oleh Maha Govinda dengan baik.Keenam kesatria mersa senang dengan bagian mereka masing-masing, yang sesuai dengan cita-cita mereka. Karena itu mereka berkata: “Apa yang kami inginkan, apa yang kami sukai, apa yang kami maksudkan, apa yang kami tujui, itulah yang telah kami dapati.” Dan ketujuh raja ini dinamakan : Sattabhu dan Brahmanadatta, Vessabhu dengan Bharata Ranu dan dua Dhatarattha. Inilah ketujuh Bharata.

30. Kemudian keenam kesatria itu menemui Maha Govinda dan berkata kepadanya : “Saudara Govinda menyayangi, mencintai dan bersahabat baik dengan Raja Ranu demikian pula ia menyayangi, mencintai dan bershabat baik dengan kami. Kami harap dia tidak menolak.” “Baiklah, Jawab Maha Govinda. Demikianlah maka ia menasehati ketujuh raja yang telah dinobatkan itu tentang cara mengatur pemerintahan, dan ia pun mengajarkan mantra-mantra kepada tujuh orang Brahmana kaya, dan tujuh ratus siswa 1).

31. Tidak lama kemudian, reputasi baik dari Brahmana Maha Govinda tersiar sampai keluar kerajaan, dengan kata-kata pujian sebagai berikut : “dengan matanya sendiri Maha Govinda melihat Brahma ! Maha Govinda bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan meminta bimbingannya !” Sementara itu, Maha Govinda berpikir : “Berita kepopuleranku telah tersiar sampai keluar kerajaan, dengan kata-kata pujian seperti itu, bahwa saya telah melihat Brahma, saya telah bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan meminta bimbingannya.’ Sesungguhnya saya belum pernah melihatnya, belum pernah bertemu dengannya, belum pernahbercakap-cakap atau meminta bimbingannya. Tetapi saya telah mendengar dari orang-orang tua, para brahmana terhormat, para guru dan para siswa yang mengatakan bahwa’ orang yang bersemadi selama empat bulan musim hujan dengan mencapai tingkat-tingkat Jhana 2). Ia dapat melihat Brahma, bertemu dengan Brahma, berckap-cakap dan mendapat bimbingannya. Jka demikian, lebih baik saya melaksanakan cara itu.

32. Demikianlah, mak Maha Govinda pergi menghadap raja, dan memberitahukan tentang berita yang tersiar mengenai dirinya, dan tentang keinginannya untuk mempraktekkan semedi, serta menambahkan : “Baginda, saya ingin bersemedi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana. Jangan biarkan siapapun menemuiku, kecuali orang yang membawa makanan untukku.””Lakukanlah apa yang kau inginkan, Maha Govinda.”

33. Selanjutnya Maha Govinda Mendatangi setiap kawannya dan mengatakan kepada keenam kawannya tersebut tentang hal yang sama, dan memohon diri dari mereka pula.

34. Setelah itu ia menemui tujuh orang Brahmana kaya dan tujuh ratus siswa, dan mengatakan kepada mereka tentang berita yang telah tersiar mengenai dirinya, juga tentang keinginannya untuk bersemadi, dan berkata : “Saudara-saudara, sesuai dengan mantra-mantra yang telah kamu dengar dan hafalkan, maka ulang-ulangilah itu dengan baik, dan kamu saling mengajarkan apa yang masing-masing ketahui. Saudara-saudara, saya ingin bersemadi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana. Jangan biarkan siapapun datang menemuiku, kecuali orang yang membawa makanan untukku.” “Lakukanlah apa yang kau inginkan, Maha Govinda.”

35. Setelah itu, ia pergi menemui empat puluh orang istriny yang semuanya mempunyai hak yang sama, dan mengatakan kepada mereka tentang berita yang telah tersiar mengenai dirinya, dan keinginannya untuk bersemedi. Dan merekapun memberikan jawaban yang sama seperti apa yang dikatakan oleh kawan-kawanya

36. Kemudian, untuk maksud tersebut, maka sebuah rumah peristerahatan didirikan disebelah timur kota untuk Maha Govinda. Dan di situlah ia bersemedi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana, dan tidak seorangpun yang menemuinya, kecuali orang yang membawa makanan untuknya. Tetapi, setelah empat bulan masa musim hujan berlalu, perasaan tidak puas dan kebosanan meliputi dirinya ketikaia berfikir: “saya telah mendengar dari orang-orang tua, para Brahmana terhormat, para guru dan siswa-siswa yangberkata bahwa orang yang bersemedi selama empat bulan masa musim hujan dengan mencapai tingkat-tingkat Jhana dapat melihat Brahma, bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan mendapat bimbingan Brahma.” “Tetapi saya tidak melihat Brahma, tidak bertemu dengan Brahma, tidak bercakap-cakap ataupun mendapat bimbingan dari Brahma.”

37. Ketika Dewa Brahma Sanamkumara mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Maha Givinda, ia lenyap dari alam Brahma bagaikan seorang yang gagah perkasa merentangkan kedua tangannya atau merapatkan tangannya, ia muncul didepan Maha Govinda.Ketika Maha Govinda melihat keadaan yang belum pernah dilihatnya ini, ia takut, gemetar bulu romanya berdiri. Lalu, ia walaupun ketakutan, gemetar dan bulu romanya berdiri berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara dengan Syair-syair ini:” “Siapakah anda yang nampak indah menarik dan gemilang. Kami bertanya karena mengenalmu, Dengan bertanya kami akan mengetahui.” “Di alam Brahma saya dikenal sebagai Sanamkumara semua dewa mengenalkan, demikian pula dengan Govinda.” “Seandainya air untuk mencuci kaki, bawalah madu kue dan minuman untuk Brahma. Kami menanyakan apa yang baik dan diperlukan olehmu. Semoga itu dinyatakan kepada kami.” “Dengan ini kami menerima pemberianmu yang seperti kamu katakan Givinda. Tanyakanlah apa yang kau butuhkan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan pada sekarang ini atau untuk masa yang akan datang.”

38. Lalu Maha Govinda berpikir : “Kesempatan yang baik telah diberikan padaku oleh Dewa Brahma Sanamkumara. Apakah yang akan saya minta kepadanya? Sesuatu yang bergunapada kehidupan ini atau sesuatu untuk kehidupan yang akan datang?” Selanjutnya pikiran ini pun muncul : “Saya akhli dalam hal yang berguna pada kehidupan seklarang ini. Karena orang lainpun datang untuk meminta nasehatku. Bukankah lebih baik saya meminta sesuatu yang berguna dari Dewa Brahma Sanamkumara untuk kehidupan yang akan datang? Maka ia berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara dengan syair ini: “O,Brahma Sanamkumara, saya meminta kepadamu, untuk melenyapkan keragu-raguanku, saya menayakan hal-hal yang orang lain pun ingin sekali ketahui: Dengan melaksanakan cara apakah maka orang yang tidak kekal dapat mencapai kekekalan alam Brahma ?” “O, Brahmana, orang yang membuang rasa’ keakuan” dan milikku, dia yang batinnya berada dalam ketenangan, penuh dengan kasih sayang, bebas dari bau busuk manusia, hidup dalam kesucian 1). Inilah cara yang dilaksanakan oleh orang yang tidak kekal untuk mencapai kekekalan di alam Brahma.”

39. “Apa yang dimaksud dengan meninggalkan rasa, ke-akuan, dan milikku, saya mengerti. Itu maksudnya adalah meninggalkan semua harta, apakah itu besar maupunkecil, meninggalkan hidup berkeluarga apakah itu besar maupun kecil, dan dengan mencukur rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi pertapa, demikianlah yang saya mengerti. Apa yang dimaksud dengan batin berada dalam ketenangan. Saya mengerti itu maksudnya adalah bila seseorang tinggal di tempat yang tenang di hutan, dibawah pohon, di lereng gunung, dalam gua, di lekukan tebing, di kuburan, atau di atas timbunan rumput yang berada di lapangan terbuka. Demikianlah yang saya mengerti. Apa yang dimaksud dengan penuh kasih sayang, saya mengerti. Itu maksudnya, adalah bila seseorang menyebarkan kasih sayang ke sebuah arah, ke dua arah, ke tiga arah, ke empat arah dari alam sekelilingnya. Lebih lanjut, dengan hati yang penuh kasih sayang mendalam, yang luas sekali, tanpa batas, tanpa kebencian dan tanpa permusuhan, ia memancarkan kasih sayang keseluruh dunia, di atas, dibawah, di sekeliling dan di manapun juga. Demikianlah yang saya mengerti. Tetapi, hanya yang dimaksud dengan bau busuk manusia yang saya tidak mengerti. “O brahma, apakah yang dimaksud dengan bau busuk manusia?’ Hal ini saya tidak mengerti. Katakanlah apa maksudnya, o Maha tahu karena diliputi dan dipengaruhi oleh bau busuk manusia.” Maka neraka menjadi pahalanya, dan tertutup dari surga alam Brahma.” “Kemarahan, bohong, menipu berkianat, egois, sombong, iri loba, ragu-ragu, mengancam, penuh nafsu inderia, benci, membanggakan diri, dan dungu. Dan oleh karena diliputi oleh hal-hal ini maka manusia berbau busuk sehingga neraka yang menjadi pahalanya, dan alam Brahma tertutup baginya.” Saya mengerti maksud dari kata-kata yang berkenaan dengan bau busuk manusia, tetapi hal itu tidak mudah dilenyapkan bila saya tetap hidup berumah tangga, maka saya akan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi pertapa.””Laksanakanlah apa yang kau inginkan, Givinda.”

40. Maka Maha Govinda pergi menghadap raja Ranu dan berkata : “Baginda, dapatkah baginda mencari pembantu yang lain untuk mengurus administrasi kerajaan? Saya mau meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa. Saya mau jadi pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena bau busuk manusia yang tidak mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi.” “Raja Ranu penguasa kerajaan, dengan ini saya menyatakan: “Urusilah kerajaanmu ini, saya tidak dapat mengurusinya lagi” “Bila kau merasa inderiamu tidak terpuaskan, saya akan memenuhinya, bila kau merasa terluka, saya sebagai panglima perang dan penakluk akan menyembuhkannya. Govinda, engkau ayahku, saya anakmu, tinggallah dengan kami, jangan pergi.” “Saya tidak merasa kekurangan dan tidak ada seorangpun yang melukaiku, tetapi karena saya telah mendengar suara dari a-manusso 1).maka hidup berkeluarga tidak dapat menahanku lagi.” “Seperti apakah yang dimaksud dengan a-manusso itu?. Apakah yang telah ia katakan kepadamu sehingga kau mau meninggakan kehidupan duniawi, keluarga dan kami ?” “Karena saya telah menyelesaikan masa musim hijan, saya melaksanakan kehidupan sepiritual dengan menyalakan api-suci dan menebarkan rumput kusa, dan saya telah melihat Brahma Dewa yang kekal, dari alam Brahma. Saya bertanya, ia menjawab, dan saya mendengar. Dan sekarang kebosanan meliputi diriku.” “Govinda, saya percaya dengan apa yang kau katakan. Karena telah mendengar suara a-manusso maka tidak mungkin kau tidak menurutinya. Kami akan mengikutimu. Jadilah pembimbing kami, Jadilah guru kami. Bagaikan intan yang bersinar cemerlang, bersih dari kotoran, tanpa noda, dan tanpa cacad. Bagaikan intan cemerlang itulah, kami akan patuh pada apa yang kau katakan.” “Jka, Maha Govinda meninggalkan kehidupan duniawi menjadi pertapa, saya juga akan melakukannya, karena kemana saja kau pergi, saya akan mengikutimu.”

40. Kemudian, Brahmana Maha Govinda menemui keenam kesatria kawannya dan berkata: “Dapatkah anda sekalian mencari pembantu lain untuk mengurus administrasi kerajaan ? Saya mau meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa seperti yang dinasehatkan oleh dewa Brahma kerena bau busuk manusia yang tidak mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi.” Lalu keenam kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama berpendapat : “Brahmana ini mata duitan. Sebaiknya kita bujuk dia dengan memberikan uang.” Maka mereka menemukan Maha Govinda dan berkata : “Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak harta, ambillah sebanyak yang kau sukai.’ “Cukup, kawan-kawan Saya memiliki banyak harta, terima kasih atas perhatian anda sekalian. Kemewahan itulah yang sekarang ini menyebabkan saya ingin meninggalkan kehidupan duniawi untu menjadi pertapa, seperti apa yang saya telah saya katakan itu.”

41. Kemudian, Brahmana Maha Govinda menemui keenam kesatria kawannya dan berkata : “Dapatkah anda sekalian mencari pembantu lain untuk mengurus administrasi kerajaan ? Saya mau meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa seperti yang dinasehatkan oleh dewa Brahma karena bau busuk manusia, yang tidak mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi.” Lalu keenam kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama berpendapat : “Brahmana ini mata duitan. Sebaiknya kita bujuk dia dengan memberikan uang.” Maka mereka menemui Maha Govinda dan berkata : “Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak harta, ambillah sebanyak yang kau sukai.” “Cukup, kawan-kawan ! Saya memiliki banyak harta, terima kasih atas perhatian anda sekalian. Kemewhan itulah yang sekarang ini menyebabkan saya ingin meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa, seperti apa yang saya telah saya katakan itu.”

42. Lalu keenam kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama berpendapat : “Brahmana ini senang wanita. Sebaiknya kita bujuk dia dengan wanita.” Maka, mereka menemui Maha Govinda dan berkata : “Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak wanita. Ambillah sebanyak wanita yang kau sukai.” “Cukup, kawan-kawan ! Saya telah memiliki empat puluh istri yang sama hak mereka. Merka semua saya biarkan karena mau meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa, seperti yang telah saya katakan itu.”

43. Jika, Maha Govinda meninggakan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa, kami juga akan melakukannya, karena kemana saja kau pergi, kami akan mengikutimu.” “Jika kau meninggalkan pemuasan nafsu inderia yang meningkat hati manusia duniawi. Pertahankanlah dengan teguh kehendakmu itu, kuat dalam kesabaran. Inilah Jalan, Jalan yang lurus, jalan ke pantai seberang. Jalan kebenaran yang diikuti oleh orang yang baik, menuju ke kehidupan Brahma.”

44. “Govinda, kalau begitu, tunggu tujuh tahun lagi, dan bila masa itu telah berlaku, kami juga akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa, dan kemana saja kau pergi, kami akan mengikutimu.” “Kawan-kawan, tujuh tahun itu terlalu lama ! Saya tidak dapat menunggu sampai tujuh tahun, karena hidup ini tidak pasti. Kita mesti melihat ke depan, kita mesti belajar dengan menggunakan kebijaksanaan, kita mesti berbuat baik, kita mesti mengikuti kebenaran, karena bagi siapa saja yang terlahir tidak dapat terhindar dari kematian. Sekarang saya mau jadi pertapa, seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena bau busuk manusia yang tidak mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupanduniawi.”

45. “Govinda, baiklah bila demikian tunggu enam tahun ….. tunggu lima tahun …. Tunggu empat tahun…… tiga tahun….. dua tahun…… satu tahun…… bila masa setahun telah berlalu kami juga akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa, dan kemana saja kau pergi kami akan mengikutimu.”

46. “Kawan-kawan, setahun itu terlalu lama. Saya tidak dapat menunggu sampai setahun, karena hidup ini tidak pasti. Kita mesti melihat kedepan, kita mesti belajar dengan menggunakan kebijaksanaan, kita mesti berbuat baik, kita mesti mengikuti kebenaran, karena bagi siapa saja yang terlahir tidak dapat terhindar dari kematian. Sekarang saya mau jadi pertapa, seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena bau busuk manusia yang tidak mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi.”

47. “Govinda, bila demikian tunggu tujuh bulan … enam bulan ….lima ….empat…tiga…dua …..satu bulan.

48. ‘Govinda, bila demikian tunggu setengah bulan …tujuh hari hingga kami telah menyerahkan tahta kerajaan kepada putra-putra dan saudara-saudara kami. Dan bila tujuh hari telah berlalu, kami akan meninggalkan kehidupan duniaawi dan menjadi pertapa, dan ke mana saja kau pergi, kami akan mengikutimu.”

49. Selanjutnya Brahmana Maha Govinda menemui tujuh orang Brahma kaya dan tujuh ratus siswa, dan berkata : “Sekarang, sebaiknya kamu sekalian mencari guru lain yang mengajarkan mantra-mantra. Saya akan meninggalkan kehidupan duniawai untuk menjadi pertapa. Saya mau menjadi pwertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena bau busuk manusia yang tidakj mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi.” “Maha Govinda, sebaiknya jangan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi pertapa. Karena hidup sebagai pertapa hanya memiliki kekuasaan sedikit dan berpenghasilan banyak.” “Saudara-saudara, jangan berkata begitu mengenai kehidupan pertapa ataupun kehidupan mengenai sebagai brahmana. Siapkah yang lebih berkuasa dan kaya dari pada saya ? Saya telah pernah menjadi raja dari para raja, menjadi Brahma dari para Brahmana, dan menjadi dewa dari keluarga. Dalam hal ini, semua itu saya tinggalkan untuk menjadi pertapa. Saya mau menjadi pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena bau busuk manusiayang tidak mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi.” “Jika, Maha Govinda menjadi pertapa, kami juga akan melakukannya, dan kemana saja kau pergi saya akan mengikutimu.”

50. yang semuanya mempunyai hak yang sama, dan berkata: “Bila di antara Sesudah itu, Brahmana Maha Govinda menemui ke empat puluh istrinya kamu ada yang mau, maka ia dapat kembali ke keluarganya dan kawin lagi. Saya mau jadi pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena bau busuk manusia yang tidak mudah dilenyapkan jika saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi.” “Walaupun kami mencintai keluarga kami, tetapi kau adalah suami yang kami cintai. Jika kau menjadi pertapa, kami juga akan melakukannya, dan kemana saja kau pergi, kami akan mengikutimu.”

51. Demikianlah setelah tujuh hari berselang, Brahmana Maha Govinda mencukur rambut kepalanya dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan duniawi menjadi pertapa. Setelah ia berbuat demikian, tujuh raja kesatria yang telah dimahkotai, tujuh brahmana kaya, tujuh ratus siswa, empat puluh istri yang mempunyai hak yang sama, beberapa ribu kesatria, beberapa ribu brahmana, beberapa ribu pria dan wanita mencukur rambut mereka, mengenakan jubah kuning dan meninggalkan kehidupan duniawi menjadi pertapa. Dengan disertai rombongan ini, Brahmana Maha Govinda mengembara masuk desa, kampung dan kota. Bilamana ia tiba di desa, kampung atau kota, di situ ia menjadi raja di raja, menjadi Brahma dari para Brahmana, menjadi dewa dari keluarga. Dan pada waktu itu bila ada orang yang bersin atau tergelincir, mereka menyebutkan : “Termulialah Brahmana Maha Govinda ! Termulialahmentri dari tujuh raja.”

52. Pada waktu itu, Brahmana Maha Govinda, selalu memancarkan cinta kasihnya, kasih sayangnya…. Simpatinya… dan keseimbanganbatinnya 1) ke empat penjuru. Lebih lanjut, dengan batin yang penuh keseimbangan yang mendalam, yang luas sekali, tanpa batas, tanpa kebencian, dan tanpa permusuhan, ia pancarkan keatas, ke bawah, ke sekeliling, ke mana-mana dan keseluruh dunia. Dan ia mengajarkan kepada murid-muridnya jalan untuk mencapai alam Brahma.

53. Bagi murid-murid Maha Govinda yang mengerti semua yang diajarkannya, setelah mereka meninggal, mereka semua terlahir kembali di alam surga Brahma. Dan bagi mereka yang tidak mengerti semua ajarannya, setelah meninggal, ada di antara mereka yang terlahir kembali sebagai dewa di alam surga Parinimmitavasavatti, ada yang terlahir kembali sebagai dewa di alam surga Nimmanarati, ada yang terlahir kembali sebagai dewa di alam surga Tusita, ada yang terlahir kembali sebagai dewa di alam surga Yama, ada yang terlahir kembali sebagai dewa dialamsurga Tavatimsa, dan ada yang terlahir kembali sebagai dewa dialam surga Catummaharajika, sedangkan mereka yang pencapainnya paling rendah, terlahir kembali sebagai Gandhabba. Demikianlah mereka semua yang ikut jadi pertapa ternyata tidak sia-sia, karena masing-masing menikmati hasil dan mendapat kemajuan.”

54. “Apakah Sang Bhagava mengingatnya?” “Ya, saya mengingatnya, Pancasikha. Pada waktu itu saya adalah Maha Govinda. Saya mengajarkan kepada Murid-ku jalan untuk mencapai alam Brahma. Tetapi, Pancasikha, kehidupan spiritual itu tidak menghasilkan penglihatan, tidak menghasilkan kedamaian, tidak menghasilkan pengertian luhur dan tidak menghasilkan penerangan dan Nibbana. “Pancasikha, tetapi sekarang, dengan cara kehidupan spiritual-ku dapat menghasilkan penglihatan, pengertian, kedamaian, pengertian luhur, penerangan dan Nibbana1). Cara ini adalah Jalan luhur berunsur delapan 2) yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, penghidupan benar,usaha benar, perhatian benar, dan semadi benar 3).

55. Pancasikha, murid-murid-ku yang mengerti semua yang diajarkan, setelah mereka melenyapkan semua kekotoran batin 4), menembus kebenaran, merealisasikan dan mencapainya, sehingga pada masa kehidupan ini pun mereka bebas dari kekotoran batin, batin mereka menjadi suci, penuh kebijaksanaan dan mereka mencapai kesempernaan. Dan bagi mereka yang tidak mengerti semua apa yang saya ajarkan, di antara mereka ada yang telah melenyapkan lima samyojana pertama 5), setelah mereka meninggal langsung terlahir kembali 6) dan di alam kelahiran itu, mereka akan mencapai nibbana dan tidak akan terlahir di alam kehidupan kita ini. Diantara mereka ada yang telah melenyapkan tiga samyojana dan melemahkan rasa ketidaksenangan, nafsu inderia dan kebodohan, mereka menjadi Sakadagami 7 ) yang akan terlahir sekali lagi dialam ini dan melenyapkan penderitaan. Di antara mereka yang telah melenyapkan tiga semyojana dan menjadi Sotapanna, yang tidak akan pernah terlahir lagi di alam yang menyedihkan,dan telah pasti akan mencapai penerangan sempurna nanti. Pancasikha, demikianlah, mereka semua yang meninggalkan kehidupan duniawi ternyata tidak sia-sia, karena masing-masing menikmati hasil dan mendapat kemajuan.” Demikianlah sabda Sang Bhagava, dan Pansasikha Gandhaba bersuka cita atas uraian Sang Bhagava, dan dengan kegembiraan dan suka cita ia menghormat Sang Bhagava, lalu ia meninggalkan tempat itu dengan berjalan di sebelah kanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar